Catching Fire

Kamis, 31 Januari 2013

Wanita penawar segala racun dunia


MEMANDANG bagian kecil dunia dari sudut kota membuat saya memikirkan satu hal saja. “Tentang keresahan-keresahan masa depan.” Bukan tentang masa depan cerah menjanjikan, tetapi tentang tentang pemegang masa depan itulah.
Lihatlah, dari sudut sebuah tempat saya melihat para pemudi bangga sekali jalan bersama teman-temannya di dalam mall, memainkan ujung rambut yang lurus legam, memperlihatkan dengan ceria lekak-lekuk tubuh mereka, melenggang dengan santai padahal kakinya tanpa penutup hingga sebatas lutut atau lebih menyedihkan lagi. Asik sekali hang out buang-buang waktu dengan teman-temannya, merasa dunia milik mereka

, lantas bebas melakukan apa saja. Huh, itu baru sebagian kecil, bahkan belum sepersepuluh dari akumulasi seluruh pemudi yang ada di negara kita. Di tempat lain, kalian akan sangat mungkin bahkan pasti melihat hal yang sama. Hal yang sama terjadi pada pemudi kita.
Mengapa pemudi? Bukan pemuda? Karena, alasan lelaki melakukan hal-hal melenceng, ujung-ujungnya adalah karena wanita. Masya Allah, wanita itu yang akan mengemban amanah berat, sahabat. Ia akan mendampingi lelaki menjadi pemimpin, ia pula yang akan mempersiapkan anak-anaknya menjadi pengganti sekaligus penerus kepemimpinan sang ayah. Hanya itu, namun dalam prakteknya, dua hal itu amatlah luarbiasa untuk dilakukan. Kepemimpinan dalam hal kecil saja. Memimpin rumah tangga misalnya. Jika kalian beranggapan memimpin sebuah keluarga kecil adalah hal mudah, itu salah besar. Buktinya, tidak sedikit kehidupan rumah tangga yang berakhir pada perceraian, pertengkaran, KDRT dan ketidak semestian-semestian lainnya.
Lantas, bagaimana kabar pemimpin masa depan kita, jika para wanita tidak menyadari akan tugas berat yang harus dilakukannya nanti.
Ingatlah, “Di balik pria yang sukses ada wanita luarbiasa”. Karena wanita adalah tempat kembali para pria dari setumpuk pekerjaan dan kejenuhan dunia lainnya. Di sinilah peran wanita menjadi penawar segala racun dunia. (Wanita dalam konteks ini bisa diartikan ibu atau istri).
Saya rasa tulisan saya ini melampaui usia yang saya miliki. Terlalu dewasa. Namun karena ini urusan penting, sahabat. Menyangkut masa depan kita masing-masing, masa depan umat, masa depan bangsa, masa depan Islam. Maka kita harus tetap memikirkan dan menemukan formula terbaiknya. Agar kehidupan ini benar-benar sesuai harapan-harapan para perindu kesejahteraan.
Alangkah kelirunya para orangtua yang membiarkan anak gadisnya keluar suka-suka tanpa pengawasan. Membiarkan anak gadisnya tak berkerudung—tidak semestinya busana. Sementara di rumah memaki-maki para pelaku kriminalitas, koruptor, pencuri, pemerkosa, penculik, dan pelaku-pelaku kejahatan lainnya. Padahal asal muasal tindak kejahatan pasti ada pemicunya. Dan sayang sekali mereka tidak menyadari, sikap membiarkan itulah yang menjadi salah satu penyebabnya. Ini azas sebab-akibat. Jika ingin terhindar dari akibat A, maka jangan lakukan tindakan B. Jika ingin anak gadisnya tumbuh menjadi anak yang membanggakan, jangan biarkan ia keluar rumah tanpa hijab hati dan raga. Hijab yang sebenar-benarnya hijab.
Miris benar, sahabat. Siapakah yang nanti akan menjadi pemimpin kita masa mendatang? Apakah masih terlalu betah dengan pemerintahan yang seolah status quo (bahkan) lebih parah dari itu. Iya jawabannya (mungkin saja) jika masih ingin menikmati masa muda suka-suka (sekehendak nafsu). Perkara ini dilihat dari kacamata kesopan santunan, etika, atau toto kromo: Jauh! Sangat jauh.
Masih adakah orang baik yang akan menjadi pemimpin kami, Ya Allah? Masih adakah pemuda pemudi berhati lurus dari generasi kami yang akan menjadi pemimpin rendah hati, adil dan mematuhi syari’atMu, Ya Allah? Dan kami sendiri Ya Allah, seolah masih belum sanggup menjadi teladan. Lalu siapakah pendamping sang pemimpin dan pemimpin yang seharusnya memimpin kami?
“Jika kalian ingin melihat kualitas suatu negeri, lihatlah wanitanya.”
Dan (tak sampai sepersepuluh) bukti itu menunjukkan kenyataan sebenarnya. Sahabat, realita memprihatinkan ini terjadi zaman sekarang. Sekarang…ingatlah sekarang! Masih ada beberapa tahun lagi ketika saatnya datang untuk kita memimpin. Generasi muda kita saat ini. Apakah dalam beberapa tahun sebelum masa itu generasi muda kita akan menjadi lebih baik, ataukah lebih buruk? Kitalah penentunya. Mari sama-sama berbenah.
Hana Izzatul Jannah*
*Satu dari 100 mimpi beberapa kawan seperjuangan : Menjadi pendamping sang pemimpin bangsa.
dan aku termasuk di dalamnya. Setidaknya, kami bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan agama. Walau sedikit, namun ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar