Catching Fire

Selasa, 27 November 2012

Jenis Ulat Bulu


Rasanya masih segar dalam ingatan dimana beberapa waktu yang lalu sebagian daerah di Indonesia digemparkan dengan serangan ulat bulu yang mengkhawatirkan. Berbagai tindakan antisipasi pun dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya wabah ulat bulu tersebut, mulai dari pembasmian secara massal oleh para warga sampai pemusnahan yang melibatkan peralatan khusus milik pemerintah.

Harapan kita tentu saja serangan ulat bulu tersebut tidak akan terjadi lagi, tapi kalau dipikir secara logika semua jenis makhluk hidup di bumi ini memiliki kesempatan untuk berkembang biak, sebagaimana makhluk hidup lain yang disukai manusia, ulat bulu pun juga bisa berkembang menjadi populasi yang cukup besar. Mungkin keseimbangan ekosistem yang membuat ulat bulu akhir-akhir ini masuk kedalam lingkungan manusia.

Terlepas dari hal tersebut tidak salah kalau kita mengenal jenis jenis ulat bulu yang ada disekitar kita, ya hitung-hitung sebagai tambahan pengetahuan. Banyak jenis-jenis ulat bulu, berikut beberapa macam ulat bulu yang belakangan menyerang Jakarta: Lymantridae euproctis sp ditemukan di kawasan Tanjung Duren dan Kembangan, Jakarta Barat serta Limacodidae ploneta diducta dan Lasiocampidae trabala sp di kawasan Pekayon, Jakarta Timur. Sedangkan ulat bulu jenisNoctuidae ditemukan di Petojo, Jakarta Pusat.

Beberapa macam gambar ulat (bulu) yang di ambil dari Google.co.id.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOc_adIYNQl_Yr_Uae8ITLyqQqWaaosVEKG14VbFwZbigoNNFhTbGRti6YRRPf1-GeWBcNg3kZZwin9ToAWVQ3QizArGZyiYHBOz-xGTY5ylZ6NQ7PgTlINZ3ciK-15qosiWBVL3lIr1MV/

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUFfUCLYyuVmRWr91Vo0QGNFLNuVX4LjC-f7vzEN9ok62GyZ0qFrTp4RLBxO9d_LMnouGCd_0ZzZkrqMoXImG6yK7Bp5t_zXIyz-Fei7JQpYklo2SKip-Z-VV4OPdftHOsyIcop5C51Yzs/

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmVE3258IiNwOt9LvAdGK37QnBjOWy7ZkvFNFzr-AQ5O3EqniSYXwIJY6ZKH5Swl_rb02PYE1ZlYGSiid9848wUcXwX4Vb1POg0jv-tsafOcAqn99PQjzZ2RQr1Q8w4Q6IDU4myzyft3PQ/

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRrDAhW2AXdocvOpkeq7Gn6WFHWpHuOZtNvAM7ZjuCWMt5fH7eE_AvgCeWZdb_KA1t_sRVgrFKZ0aIIhkLshdmg-OS6tbyGJwYe51GlveF2MIs6nHLRaEyETOOMzJhrwf01ON4oLDdh6Ik/

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkUs-e1yaDUrF4mWe7u9GP5oj3_bfL7NQWMdVK3IXZiQpaLPOi0Q6EJNowNWCb3vwJHrSS5xMJt65jbpHu0L3ScsIJpCnJ923Y9tGXU2yZQgZ1gFR8QbUSeF5L0dTKT6eOeBUWh4ouGkOj/

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwgxtt1gvsoNSqzaSE9VwWgkvH6rb0mbO_vKtmkBjBZY8bJzypCV_MpFKLmWUgPqKyn0IEVth_2kKCQWNF8ZJWkDXJiYhtl0vJNi45X4-v82kcQaOGgSzHelyV_m4MRJABZkPetVxsl_mj/





Definisi Lingkungan Hidup


Definisi Lingkungan Hidup Menurut Tokoh
  • Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia
  • Otto Soemarwoto: dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya.
  • Ahmad: lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
  • St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
  • UU Nomor 23 Tahun 1997: Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Anti Virus


Menggunakan Antivirus
Software  atau perangkat lunak antivirus sangat mudah didapatkan. Cara untuk mendapatkan software antivirus ada yang dengan cara membeli ada juga yang gratis Software atau perangkat lunak antivirus yang gratis banyak dan mudah ditemukan di internet. Ingat, walaupun gratis, tapi jangan menggunakan antivirus gratis yang bajakan karena disinyalir akan kurang efektif membasmi virus. Antivirus gratis cukup ampuh dalam membasmi virus yang menyerang
komputer.

Tetap Update
Segala software yang ada pada komputer harus senantiasa update terus. Jangan hanya software antivirus saja yang di-update, software yang lain pun harus selalu di-update. Ya, semua software harus di-update, mulai dari operating system sampai driver  komputer.

Perangkat lunak atau software  tidak ada yang sempurna, Pasti setiap perangkat lunak atau software memiliki kelemahan. Oleh kerena itu, update software sangat penting untuk menunjang kinerja komputer dan software. Ingat, jangan percaya bila ada programmer yang
mengatakan software buatannya sempurna. Update antivirus dan software lainya memang sangat diperlukan karena virus pun selalu update.

Kamis, 22 November 2012

Pendaki Gunung

ARTIKEL TENTANG OLAH RAGA ( PENDAKI GUNUNG ) ARTIKEL PENDAKIAN GUNUNG Kegiatan mendaki gunung telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan menurut kisah Mahabarata. Pandawa Lima yang terdiri dari Sadewa, Nakula, Arjuna, Bhima dan Yudhisthira, beserta istri mereka Draupadi, mendaki gunung Mahameru untuk mencapai puncaknya. Dalam sejarah dunia, pendakian gunung tertinggi pertama kalinya terjadi dengan pencapaian puncak Everest oleh Sir Edmund Hillary, pendaki gunung asal New Zealand dan Tenzing Norgey, seorang sherpa [Pemandu atau porter di pegunungan Himalaya berasal dari bangsa Tibet] asal Tibet pada tahun 1953. Keinginan manusia untuk mendaki gunung sebelumnya sudah muncul pada abad 19, ketika orang-orang Swiss (The Alps) mulai mendaki gunung-gunung untuk mencapai puncaknya, dan Edward Whymper, seorang berkebangsaan Inggris, adalah orang yang pertama berhasil mencapai puncak gunung Matterhorn pada tahun 1865.Sejak saat itu, banyak ekspedisi-ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak gunung di dunia. Klub pendakian gunung Alpine Club dari Inggris telah melakukan lebih dari 600 ekspedisi semenjak Alpine Club didirikan pada tahun 1857. Tercatat dalam Russian Mountaineering Federation, bahwa telah dilakukan 48 ekspedisi untuk mencapai puncak-puncak Himalaya pada tahun 1994-1998. Di Indonesia sendiri tercatat 145.151 orang yang mendaki gunung Gede Pangrango, Jawa Barat pada tahun 1996-2000. Dijelaskan pula dalam Diktat Sekolah Manajemen Ekspedisi Wanadri 2000 bahwa hampir semua perguruan tinggi atau SLTA mempunyai kelompok-kelompok penggiat alam terbuka.Secara perorangan maupun berkelompok mereka mengembangkan segi petualangan, segi ilmu pengetahuan, segi olahraga, segi rekreasi dan segi wisata. Perkembangan ini dilakukan secara luas baik hanya mencakup satu segi saja ataupun secara berkaitan (misalnya mendaki gunung untuk melakukan petualangan saja, olahraga saja, atau untuk olahraga, rekreasi dan wisata) yang mengembangkan segi ilmu pengetahuan dan segi petualangan.Kenapa Mendaki GunungMendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota. Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Gede, Pangrango atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala kadarnya.Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998 sampai dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29 orang selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)Data lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat telah memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000 orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode pendakian.Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain: Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang. Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.Seperti yang dinyatakan dalam data harian Kompas, tercatat dari 50 orang yang pernah tertimpa musibah dalam pendakian gunung Semeru, Jawa Tengah, 24 orang dinyatakan tewas, dua orang hilang, 10 orang luka-luka, dan empat orang selamat. Banyaknya kecelakaan dan hambatan yang kerap dialami oleh orang yang mendaki gunung, tidak membuat para pendaki berhenti melakukan pendakian. Data terakhir menyatakan bahwa pada bulan Juli 2002 masih dilakukan pendakian oleh sepuluh pendaki gunung asal Bandung menuju gunung Slamet. Pendakian tersebut menyebabkan kesepuluh pendaki gunung tersebut hilang sehingga diperbantukan sebanyak 24 orang anggota Tim SAR Polres Purbalingga dan gabungan pecinta alam dari Purwokerto diterjunkan ke lokasi untuk mencari para pendaki gunung tersebut.Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri]. Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan