Catching Fire

Selasa, 29 Oktober 2013

Kumpulan Kata-kata Mutiara

Kata kata Mutiara ini bagus lo sobat. Ya tujuan saya untuk meposting kata bijak untuk sobat yang galau  ini adalah untuk menghibur sobat. Kata kata bijak galau ini saya rangkum dari beberapa kata mutiara cinta yang bagus dan penuh makna.



Kata Kata Mutiara


Kata kata bijak dan kata mutiara yang saya rangkum ini saya harap bisa membuat sobat lepas dari galunya. Apalagi ini dalam bulan Ramashan. Coba sobat juga mendekatkan diri sobat kepada Allah SWT. Oke, langsung daja sobat berikut kumpulan kata bijak dan kata mutiara untuk mengusir galau

Cinta adalah aksi bukan emosi +(?–? )+ #KKC

Cinta itu aneh dan menyakitkan. Hari ini ngomong "aku sayang kamu" besok nya udah ngomong "aku mau putus dari kamu"

Cinta bukanlah apa yang kita katakan, tetapi apa yang kita lakukan dengan sebuah pembuktian

Didalam cinta, kamu harus lebih siap untuk tersakiti. Karena cinta tidak selamanya akan bersatu dan berakhir bahagia

Cintai bahagia karena dia membuatmu ceria, tapi cintai juga sedih karena dia membuatmu dewasa

i want a RELATIONSHIP that last with you

CINTA ialah karunia,, maka tak seharusnya kau menyia-nyiakan seseorang yang mencintamu -@r_Emortall

cinta adalah kondisi dimana kebahagiaan orang lain adalah hal yang penting untuk kebahagiaan kamu sendiri ;

CINTA dapat menjadikan kita bahagia, akan tetapi karna cinta pun juga dapat menjadikan kita menderita

Cinta sejati akan rela kalau seseorang yg dia cintai pergi untuk mencari cinta agar dia lebih bahagia & bisa tersenyum bahagia

Cintai bahagia karena dia membuatmu ceria, tapi cintai juga sedih karena dia membuatmu dewasa

i want a RELATIONSHIP that last with you

Menyakiti adalah kepuasaan hati yang terluka. Tapi mencinta adalah kepuasan hati yang selalu bahagia

Kebahagiaan buat aku itu ketika aku bisa membuat kamu tersenyum dan ketawa disaat kamu disamping aku

Banyak org yg mengatakan cinta itu menyakitkan. Namun bagiku cinta tdk menyakitkan. Yg membuat semuanya menyakitkan itu krn KAMU (-

Hanya hati yang suci lah yang mampu memupuk cinta sejati

Emosi tidak akan membimbingmu pada suatu pemikiran atau tindakan positif. oleh sebab itu tenangkan dirimu.


Sukses berarti melakukan yg terbaik yg kita bisa dengan apa yg kita miliki. Bukan dengan menginginkan apa yg orang lain miliki.


Kamu tak akan bisa mendapatkan yang kamu inginkan jika kamu terlalu sibuk mengeluhkan apa yang telah kamu miliki. Bersyukurlah!


Tuhan memuliakan mereka yang mau bekerja keras. Dan modal utama untuk keberhasilan adalah kerja keras yang diiringi doa.


Jangan mengeluhkan masalah, karena Tuhan mempunyai tujuan tuk perjuanganmu saat ini. Pelajarilah apa yang hendak Tuhan ajarkan.


Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan.


Untuk pemilik wajah putih, riasan mata dan bibir dengan pilihan warna-warna nuansa sedikit terang mampu membuat wajah tidak terlalu pucat.


Tak ada yg salah dalam menunjukkan kamu peduli tentang seseorang, yg salah adalah mengharapkan dia tuk melakukan hal yg sama.


Jangan pedulikan dia yg membencimu, dia bukan orang yg pantas dapatkan perhatianmu. Yg penting adalah dia yg selalu ada untukmu.

Pengertian Budget

Budgeting merupakan suatu fungsi planning dalam manajemen keuangan. Kegunaan dari analisas finansial adalah melihat keadaaan kerugian perusahaan pada masa lampau, akan diperoleh suatu pengalaman yang berharga untuk menentukan tindakan di masa yang akan datang. Tindakan dan kebijaksanaan untuk masa yang akan datang tersebut dalam manajemen terdapat pada fungsi planning, sedangkan pada manajemen keuangan fungsi itu terdapat pada budgeting.
Budgeting menunjukkan suatu proses, dari tadi tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan data, dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas penyusunan perencanaan, penyusunana rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil perencanaan itu.
Definisi Budget menurut Reksohadiprojo (1983:17) adalah bahwa budget merupakan suatu forecast yang detail daripada hasil rencana kegiatan (perusahaan) yang didasarkan pada penghargaan yang beralasan tentang keefisienan usaha (perusahaan).
Jelaslah bahwa suatu bahan untuk membuat budget adalah dengan melihat keadaan keuangan perusahaan di masa lampau. Detail tidaknya sebuah budget dibuat tergantung pada besar kecilnya perusahaan dan kompleksnya operasi perusahaan. Hal ini berarti bahwa makin kecil dan sederhana perusahaan, makin sederhana pula budget yang dibuat. Sedangkan perusahaan yang lebih besar dan kompleks, budget yang dibuat harus lebih lengkap dan detail.
Mengenai periode budget ini, terdapat dua macam periode, yaitu  periode budget dan continous budget. Periode budget dibuat dengan mempergunakan periode tertentu, hal ini dimungkikan bagi perusahaan di mana peramalan untuk masa yang akan datang relatif bisa dilakukan dengan baik. Sebaliknya, untuk perusahaan di mana peramalan sulit dilaksanakan dengan kepastian yang tinggi, maka dapat dipergunakan continous budgeting. Metode ini dilakukan dengan cara membuat budget untuk periode yang pendek, misalnya dibuat tengah tahunan, suatu kuartal, ataupun tiap bulan.
Adapun jangka waktu budget tidak boleh telalu panjang, sebab ramalan jangka waktu yang terlalu panjang akan makin banyak terdapat unsur ketidakpastian.Pengert

SISTEM ANGGARAN TRADISIONAL (LINE ITEM BUDGETING)

Sistem anggaran tradisional (Traditional budgeting system) adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap departemen/lembaga. Dasar pemikirannya adalah setiap pengeluaran negara harus didasarkan pada perhitungan dan penelitian yang ketat agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas dana yang terbatas.
Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:
  1. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism, yakni:
    1. Penekanan & tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban yg terpusat.
    2. Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yg sudah ada sblmnya dg data tahun sblmnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan/pengurangan tanpa kajian yg mendalam/kebutuhan yg wajar.
    3. Masalah utama anggaran tradisional adalah tdk memperhatikan konsep value for money (ekonomi, efisiensi dan efektivitas).
    4. Kinerja dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yg diajukan, bukan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari aktivitas yg dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).
    5. Cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan sbb:
1)     Apakah pelayanan tertentu yg dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?
2)     Apakah pelayanan yg diberikan telah terdistribusi secara adil & merata di antara kelompok masyarakat?
3)     Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
4)     Apakah pelayanan yg diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik?
  1. Akibat konsep historic cost of service adalah suatu item, program atau kegiatan muncul lagi dlm anggaran tahun berikut meski sudah  tak dibutuhkan.  Perubahan menyangkut jumlah rupiah yg disesuaikan dg tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
  2. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:
    1. Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran.
    2. Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yg sebenarnya sudah tidak relevan lagi
    3. Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan hanya pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan.
    4. Dilandasi alasan orientasi sistem anggaran yg dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran, bukan tujuan yg ingin dicapai dengan pengeluaran yg dilakukan.
    5. Anggaran tradisional tidak rnampu mengungkapkan besarnya dana dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan gagal memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan.
    6. Sehingga tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
    7. Cenderung sentralistis
    8. Bersifat spesifikasi;
    9. Tahunan; dan
    10. Menggunakan prinsip anggaran bruto

  1. 1.    Keunggulan Anggaran Tradisional
    1. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis yang rumit.
    2. Backward oriented dapat menjamin kepastian dibandingkan dengan forward oriented karena keadaan di masa depan sulit untuk diprediksi.
    3. Lebih mudah dalam melakukan pengawasan.
    4. 2.    Kelemahan Anggaran Tradisional
      1. Hubungan yg tak rnemadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.
      2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
      3. Lebih berorientasi pada input daripada output, sehingga tidak dapat sebagai alat utk membuat kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dlm bentuk apakah  dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
      4. Sekat antar departemen yg kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai dan berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, & persaingan antar departemen
      5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
      6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tsb tak terlalu pendek, terutama utk proyek modal & mendorong praktik yg tak sehat (KKN).
      7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yg tak memadai  menambah lemahnya perencanaan anggaran sehingga  muncul budget padding atau budgetary slack.
      8. Persetujuan anggaran yg terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian utk pengeluaran yg sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran & manipulasi anggaran.
      9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yg tak memadai yg menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

Permasalahan Utama Anggaran Tradisional adalah terkait dengan :
Tidak adanya perhatian terhadap konsep Value For Money (VFM).Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Oleh sebab itu, dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Jika dilihat secara mendalam sebenarnya konsep Value for Money bukan sesuatu yang baru, bahkan Value for Money merupakan salah satu prinsip penting dari anggaran kinerja dan good governance.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standard kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa sumber berpendapat bahwa ke tiga elemen saja belum cukup .Perlu ditambah dua elemen lain yaitu : Equity: kesempatan sosial yang sama untuk memperoleh pelayanan publik. Equality: pemerataan/kesetaraan penggunaan dana publik dilakukan secara merata.

Sistem Penganggaran (Budgeting System)

“Performance based budgeting direct link between allocating resources through the budget and performance in reaching stated objectives” (Jack Diamond, IMF, 2003)
“Performance budgeting can be broadly defined as any budget that presents information on what agencies have done or expect to do with the money provided”.(Allen Schick, 2003)
Masalah sistem penganggaran kembali mengemuka di awal tahun 2000an, ketika beberapa ketentuan yang diterbitkan pemerintah mengharuskan digunakannya sistem penganggaran berbasis kinerja (performance budget system). Sistem ini diajukan sebagai pengganti sistem sebelumnya, yaitu sistem penganggaran tradisional (traditional budget system) yang ditengarai sarat dengan kelemahan, yang berimbas pada praktik penganggaran yang boros dan korup. Memang, ada yang menganggap bahwa digunakannya sistem penganggaran berbasis kinerja untuk sektor pemerintahan sesungguhnya tidak tepat benar, karena beberapa alasan. Di antaranya adalah bahwa kinerja dalam bentuk outcome adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat dalam kurun waktu satu atau dua tahun, sehingga yang bisa dilihat dalam kurun waktu tersebut hanya output.
Hal mendasar lain yang menjadi kecemasan adalah bahwa produk kegiatan pemerintahan seringkali tidak dapat diukur dalam satuan ukuran yang kuantitatif, sehingga mengukur kinerja atas produk kegiatan pemerintahan juga bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dilakukan paling hanyalah mencari kesetaraan ukuran atau sekedar menetapkan hal-hal yang bisa diukur dari produk kegiatan pemerintahan tersebut.
Berbeda dengan kegiatan di sektor privat atau swasta, produk kegiatan usaha bisnis sektor privat lebih gampang diukur. Bagian pemasaran sebuah perusahaan, misalnya, bisa menetapkan anggaran pemasaran sejumlah tertentu, dengan target kontribusi terhadap pendapatan sejumlah tertentu. Jadi, jelas ada hubungan antara kegiatan pemasaran berbiaya sejumlah tertentu dengan target yang harus dicapai, misalnya tingkat penjualan tertentu. Itu pun masih dengan catatan, yaitu bahwa kegiatan pemasaran di suatu tahun tidak otomatis berhubungan langsung dengan pencapaian tingkat penjualan tahun yang sama. Bisa jadi, kegiatan pemasaran yang gencar di tahun sekarang baru berimbas positif terhadap tingkat penjualan di tahun mendatang.
Kembali ke permasalahan sistem penganggaran yang tepat bagi sektor publik atau pemerintahan. Di masa lalu, ketika melihat kelemahan praktik sistem penganggaran tradisional, lantas ada pemikiran untuk lebih mengembangkan sistem penganggaran yang lebih memfokuskan pada penyusunan perencanaan dan pemrograman yang ketat, sehingga penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan perencanaan program-program kegiatan yang terarah dan prioritas, tidak sekadar bahwa suatu kegiatan diadakan. Skala prioritas inilah yang menjadi kekuatan sistem penganggaran yang dikenal sebagai planning programming budget system. Sistem ini juga diyakini mampu mengatasi masalah keterbatasan anggaran yang tersedia, karena memang sistem ini dikembangkan sebagai upaya untuk memecahkan keterbatasan anggaran.
Di sisi lain, sistem penganggaran berbasis kinerja juga menjanjikan hal yang baik. Paling tidak, sistem ini memberikan petunjuk adanya hubungan antara input dan output, serta outcome. Jadi, tak lagi sekedar melahirkan selesai sebuah kegiatan tanpa arah yang jelas. Sayangnya, kendati menjanjikan hal yang baik, sistem ini juga mengandung kelemahan mendasar, yaitu bahwa tidak mudah mengukur kinerja dalam bentuk outcome, pun dalam praktik kompetensi sumber daya manusia yang bisa merumuskan tolok ukur output dan outcome secara tepat tidaklah banyak.
Tapi apa boleh buat, jangkar telah diangkat, kapalpun harus tetap berlayar, maka permasalahan kelemahan sistem penganggaran berbasis kinerja dalam tataran teknis dan operasional, harus dicari jalan keluarnya. Memang, sekali lagi, bukanlah hal yang mudah untuk bisa mencapai praktik penganggaran berbasis kinerja yang paling ideal. Yang bisa dilakukan saat ini adalah mencoba menciptakan suatu pola pikir penyusunan anggaran, dan juga implementasinya, yang tidak lagi sekedar menyusun anggaran untuk sebuah kegiatan yang sekadar ada, tanpa mempertimbangkan prioritas kegiatan. Pertimbangan prioritas kegiatan jelas sebuah keharusan mutlak, terutama terkait dengan kendala keterbatasan dana yang tersedia.
Lantas, memang ada keluhan, bagaimana mungkin mencapai kinerja ideal, jika anggaran yang tersedia tidak mencukupi? Justru di situ mungkin permasalahan utama. Meski sudah dibungkus dengan istilah berbasis kinerja, toh jiwa sistem penganggaran tradisional tak seluruhnya bisa dihapuskan. Bukan hanya karena sistem tradisional ini sudah mendarah daging selama tiga puluh tahun, namun juga karena pola pikir yang ada tidak diubah. Lihatlah, bagaimana anggaran yang disusun lebih berorientasi pada kenaikan jumlah anggaran. Jarang sekali anggaran suatu unit kerja disusun lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, kebutuhan anggaran untuk belanja menjadi membesar, sementara anggaran pendapatan justru masih dalam kondisi ketidakjelasan.
Jika anggaran belanja cenderung membesar dari tahun ke tahun, yang dalam istilah lain sering disebut sebagai sistem incremental, maka kesulitan justru menyangkut anggaran pendapatan. Lihatlah struktur anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sesungguhnya, sistem anggaran defisit telah kita pilih sejak lama, sehingga akibatnya defisit harus ditutup dengan kegiatan pembiayaan tertentu, di antaranya utang luar negeri. Maka, menafikan utang luar negeri menjadi hal yang tidak tepat jika orientasi belanja tetap bersifat incremental.
Masalah lain yang harus segera dipecahkan adalah bahwa hingga kini di pemerintahan pusat maupun daerah tidak ada Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang dapat digunakan sebagai dasar menetapkan target outcome minimum. Padahal, konsep teoretis sistem penganggaran berbasis kinerja mengharuskan keberadaan SPM, dan juga sebuah Analisis Standar Biaya (ASB). Kalaupun ada SPM itu pun baru untuk beberapa departemen.
Belum lagi masalah keberadaan ASB. Kiranya belum ada satupun unit kerja pemerintahan yang saat ini telah memiliki ASB baku. Ini beralasan, karena salah satu dasar penyusunan ASB adalah keberadaan suatu sistem akuntansi yang baik. Saat ini, praktik akuntansi pemerintah pusat dan daerah masih dalam tahap pengembangan, sehingga masih diragukan apakah data akuntansi yang dihasilkan bisa digunakan untuk menyusun standar biaya untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan. Ini berbeda dengan praktik yang ada di sektor privat atau swasta, di mana penetapan harga standar bisa dihitung dari data masa lalu yang dihasilkan oleh sistem akuntansi yang ada setelah disesuaikan dengan unsur lain.
SISTEM PENGANGGARAN
Anggaran disusun dengan berbagai sistem-sistem yang dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang melandasi pendekatan tersebut. Adapun sistem-sistem dalam penyusunan anggaran yang sering digunakan adalah:
a. Traditional Budgeting System
b. Performance Budgeting System
c. Planning Programming Budgeting System (PPBS)
a. Traditional Budgeting System (Sistem Anggaran Tradisional)
Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap departemen/lembaga.
Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi pengeluaran saja, tanpa diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara efektif/efisien atau tidak. Mula-mula pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen lembaga kemudian setiap departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan sampai habis. Setelah dana tersebut habis dipakai, setiap departemen/lembaga melaporkan bahwa dana tersebut sudah dipakai. Jadi tolok ukur keberhasilan anggaran tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka anggaran tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus, berarti anggaran tersebut gagal.
Jelaslah, di sini bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan pada segi pertanggungjawaban keuangan (dana) dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana tersebut. Anggaran diartikan semata-mata sebagai alat dan sebagai dasar legitimasi (pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa besarnya penerimaan yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.
b. Performance Budgeting System
Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem penyusunan anggaran ini tidak hanya didasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi di dalam “Traditional Budget”, tetapi juga didasarkan kepada tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang dipakai tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.
Jadi, dalam sistem anggaran performance ini bukan semata-mata berorientasi kepada berapa jumlah yang dikeluarkan, tetapi sudah dipikirkan terlebih dulu mengenai rencana kegiatan, apa yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan bagaimana pengalokasian biaya agar digunakan secara efektif dan efisien.
Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan (management control), sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan dana diperiksa, juga hasil kerjanya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas kegiatan dan telah ditetapkan suatu tolok ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat utama untuk penerapan sistem ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya sebagai alat untuk menentukan biaya masing-masing program dan akuntansi biaya sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran dana.
Tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran itu dengan menggunakan dana secara efisien.
c. Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)
Dalam PPBS ini, perhatian banyak ditekankan pada penyusunan rencana dan program. Rencana disusun sesuai dengan tujuan nasional yaitu untuk kesejahteraan rakyat karena pemerintah bertanggung jawab dalam produksi dan distribusi barang-narang maupun jasa-jasa dan alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain. Pengukuran manfaat penggunaan dana, dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap lingkungan secara keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Mengenai proses penyusunan PPBS ini, melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1.Menentukan tujuan yang hendak dicapai;
2.Mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu;
3.Melihat prospek perkembangan yang akan datang;
4.Menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang akan dilaksanakan.
Setelah keempat tahap, di atas selesai disusun, barulah memasuki tahap selanjutnya yang terdiri dari :
1.Menyusun program pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan
2.Berdasarkan program pelaksanaan ditentukan berapa jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan program-program tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPBS adalah:
1.Untuk menerapkan sistem ini, dituntut kemampuan dalam menyusun rencana dan program secara terpadu
2.Dibutuhkan informasi yang lengkap, baik informasi masa lalu maupun informasi masa yang akan datang yang relevan dengan kebutuhan penyusunan rencana dan program tersebut.
3.Pengawasan mulai dilaksanakan sebelum pelaksanaan sampai selesainya pelaksanaan rencana dan program.
Selain ketiga bentuk sistem penganggaran tersebut di atas, dikenal pula sistem penganggaran yang dinamakan Zero Based Budgeting(ZBB). ZBB merupakan sistem penganggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan tahun yang bersangkutan, bukan pada apa yang telah dilakukan pada masa lalu. ZBB mensyaratkan adanya evaluasi atas semua kegiatan atau pengeluaran dan semua kegiatan dimulai dari basis nol, tidak ada level pengeluaran minimum tertentu.
Kesimpulan :
A. SISTEM ANGGARAN TRADISIONAL
1. Sistem anggaran tradisional adalah sistem anggaran yang berdasarkan jenis-jenis pengeluaran dan penerimaan. Dasar pemikirannya adalah setiap pengeluaran negara harus didasarkan pada perhitungan dan penelitian yang ketat agar tidak terjadi pemborosan dan penyimpangan atas dana yang terbatas.
2. Ciri-ciri sistem anggaran tradisional:
a. Anggaran diklasifikasikan menurut jenis pengeluaran dan penerimaan.
b. Berorientasi ke belakang (backward oriented), artinya anggaran tahun sebelumnya dijadikan acuan untuk menyusun anggaran tahun berjalan.
c. Bersifat incremental karena memasukkan unsur tambahan/marjinal terhadap anggaran tahun yang lalu sebagai dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
d. Menitikberatkan pada input dari semua kegiatan daripada outputnya.
3. Kelebihan:
a. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis yang rumit.
b. Backward oriented dapat menjamin kepastian dibandingkan dengan forward oriented karena keadaan di masa depan sulit untuk diprediksi.
c. Lebih mudah dalam melakukan pengawasan.
4. Kelemahan:
a. Klasifikasi berdasarkan jenis penerimaan dan pengeluaran kurang dapat memberikan informasi yang berguna bagi kepentingan analisis ekonomi.
b. Hanya memberikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan, bukan hasil dari kegiatan tersebut.
c. Klasifikasi anggaran tidak menggambarkan adanya suatu program.
d. Hanya mencakup satu tahun anggaran sehingga kurang dapat menjelaskan pengeluaran yang akibatnya lebih dari satu tahun anggaran.
e. Mengabaikan aspek analisis manfaat (cara menentukan bahwa suatu kegiatan mendapatkan alokasi yang lebih besar dibandingkan kegiatan yang lain).
B. ANGGARAN BERBASIS KINERJA (PERFORMANCE BUDGETING SYSTEM)
1. Anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan beban kerja dan unit cost data ke dalam setiap kegiatan yang terstruktur dalam suatu program untuk mencapai tujuan. Dasar pemikirannya adalah penganggaran harus dapat digunakan sebagai alat menajemen sehingga penyusunan anggaran harus dapat memberikan hasil yang berguna bagi pengambilan keputusan manajerial (legislatif/eksekutif). Oleh karena itu, anggaran harus dianggap sebagai program kerja.
2. Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input tertentu.
3. Tiga unsur pokok anggaran berbasis kinerja, yaitu:
a. Pengeluaran pemerintah dikelompokkan menurut program dan kegiatan.
b. Performance measurement (pengukuran hasil kerja).
c. Program reporting (pelaporan program).
4. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:
a. Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan.
b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja dan bukan pada aspek pengawasan.
c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan output.
d. Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.
5. Kelebihan:
a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
b. Merangsang partisipasi motivasi aktif unit-unit operasional melalui proses usul dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat aktual.
c. Meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan pada setiap tingkat eksekutif.
d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatan selalu dipertimbangkan dari segi efisiensi.
e. Dapat menghindarakan pemborosan.
6. Kelemahan:
a. Cenderung menurunkan peran badan legislatif dalam proses perumusan kebijaksanaan dan penentuan anggaran.
b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang menanggung dampak dari setiap keputusan.
c. Tidak semua kegiatan dapat distandarkan dan diukur secara kuantitatif.
C. ZERO-BASED BUDGETING (ZBB)
1. ZBB adalah sistem anggaran yang mengasumsikan bahwa kegiatan pada tahun anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan anggaran yang lalu. Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus diciptakan dari sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap kegiatan harus dapat diformulasikan ke dalam paket keputusan (decision package).
2. ZBB lebih memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki manajemen melalui perbaikan pelayanan manajerial dengan menekankan penilaian atas permintaan pendanaan unit-unit pelaksana.
3. Langkah-langkah penyusunan ZBB:
a. Penentuan keputusan manajemen.
b. Pembentukan paket keputusan.
c. Konsolidasi skala prioritas.
d. Alokasi dana.
4. Karakteristik ZBB:
a. Dimulai dari kondisi belum adanya sumber daya.
b. Perlu dibuat urutan terhadap tujuan-tujuan dan program-program organisasi.
c. Memerlukan perhatian terhadap prioritas operasi entitas dan alternatif-alternatifnya.
5. Kelebihan ZBB:
a. Proses pembuatan paket keputusan dapat menjamin tersedianya informasi yang bermanfaat bagi keputusan manajemen.
b. Dana dapat dialokasikan dengan efisien karena terdapat beberapa alternatif keputusan dan alternatif bagi pelaksanaan kegiatan.
c. Setiap program/kegiatan selalu di-review setiap tahun (minimal lima tahun sekali).
d. Pengambilan keputusan dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan yang dianggap kritis dan mendesak.
6. Kelemahan:
a. Sulit diterapkan karena tidak semua kegiatan dapat disusun rangking keputusannya secara konsisten dari tahun ke tahun.
b. Terlalu mahal dan memakan banyak waktu.
c. Memerlukan keahlian khusus terutama untuk menganalisis dan menentukan prioritas/rangking.
d. Memerlukan data yang lebih banyak dan perlu dukungan analisis yang kuat.
e. Asumsi yang digunakan kurang realistis.
f. Kadang-kadang sulit memutuskan bahwa kegiatan yang satu benar-benar lebih penting dibandingkan dengan kegiatan yang lain.
D. PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)
1. PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai satu kesatuan yang terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar pemikirannya adalah anggaran merupakan hasil kerja dari suatu proses kegiatan-kegiatan perencanaan yang dituangkan dalam program.
2. Ciri-ciri pokok PPBS lebih bersifat:
a. Analistis.
b. Projektif.
c. Programatis.
3. Sasaran utama dari PPBS adalah:
a. Membantu pemimpin dalam membuat keputusan menyangkut usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
b. Merasionalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Sinkronisasi dan integrasi aparat organisasi dalam proses perencanaan.
d. Untuk menjamin komitmen perencanaan tiap-tiap tahun, yaitu anggaran tahunan yang berdasarkan rencana jangka menengah dan rencana jangka panjang.
4. Kelebihan:
a. Menggambarkan secara jelas tujuan-tujuan organisasi.
b. Menghindarkan adanya program-program yang saling overlaing (tumpang tindih) dan bertentangan satu sama lain.
c. Memungkinkan pemilihan alokasi sumber daya secara efisien berdasarkan analisis manfaat-biaya (cost and benefit analysis).
5. Kelemahan:
a. Terlalu canggih (sophisticated) untuk diterapkan.
b. Merupakan psoses kompleks sehingga terlalu banyak membutuhkan prosedur dan analisis.
c. Memerlukan kualitas pengelola/administratur yang sangat tinggi sehingga sering kali sulit untuk dilaksanakan.
6. Adanya kelemahan ini membuat PPBS memerlukan:
a. Disediakannya manual/pedoman bagi semua pihak terkait.
b. Dukungan yang kuat dari pejabat tinggi yang mempunyai kekuasaan konstitusional.
c. Keterlibatan sistem politik.
d. Kesungguhan aparatur/pengelola.
e. Adanya kemauan politik (goodwill) dari semua pihak yang melakukannya.

Penjelasan Dan Design Pada System E-Budgeting

PENJELASAN DAN DESIGN PADA SYSTEM 
BUDGETING
 (Dasar-dasar Penyusunan Anggaran )

http://www.beritajakarta.com/images/foto/apbd_2014.jpg

Di Susun Oleh :
Andri Martin
Indra Wijaya   









1
·         Apa itu Budgeting ???

    Business Budget atau Budget (Anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan (yang menimbulkan penerimaan/hak dan juga pengeluaran/kewajiban), yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu / periode tertentu yang akan datang.
(Munandar, 1997)

·         Unsur-unsur Budgeting
                  • Rencana, penentuan terlebih dahulu ttg berbagai aktivitas yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Rencana tsb. memiliki spesifikasi2 tertentu, spt; disusun sec. sistematis, mencakup seluruh kegiatan perusahaan, dan dinyatakan dlm. satuan moneter/uang
                 • Meliputi selururuh kegiatan perusashaan :
§  Fungsi produksi
§  Fungsi pembelanjaan/keuangan
§  Fungsi administrasi
§  Fungsi pemasaran
§  Fungsi personalia
                 • Untuk waktu yang akan datang

Ø  Macam Budget (berdasarkan periode penyusunannya)
           Budget Taktis
– Budget Harian
– Budget Mingguan
– Budget Bulanan
           
2
             Budget Strategis
– Budget Tahunan
             – Atau Sesuai kebutuhan                  

Beberapa Alasan
Ø  Perlunya Rencana ÆBudgeting
• Sumber daya yang terbatas
• Waktu y.a.d. penuh dengan ketidakpastian
• Waktu y.s.d. penuh dengan berbagai alternatif
• Untuk Pedoman kerja
• Untuk koordinasi keseluruhan aktivitas
• Untuk pengawasan dan evaluasi

Ø  Beberapa faktor yang mempengaruhi jangka waktu berlakunya budget
• Luas pasar/pekerjaan
• Posisi perusahaan dalam persaingan
• Jenis produk yang dihasilkan (Elastis atau In-elastis)
• Tersediaanya data dan informasi
• Keadaan perekonomian





3
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Budget
  Faktor-faktor Intern
Ø  Penjualan tahun-tahun yang lalu
Ø  Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat
Ø  pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya
Ø  Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
Ø  Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan
Ø  Modal kerja perusahaan
Ø  Fasilitas-fasilitas perusahaan
Ø  Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Ø  fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang pemasaran, produksi, pembelanjaan,
Ø  administrasi maupun personalia.

  Faktor-faktor Ekstern
Ø   Keadaan persaingan
Ø  Tingkat pertumbuhan penduduk
Ø  Tingkat penghasilan masyarakat
Ø   Tingkat pendidikan masyarakat
Ø  Tingkat penyebaran penduduk
Ø   Agama, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat
Ø  Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan
Ø  Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan
sebagainya

  Proses Utama Penyusunan Budget
• Identifikasi kebutuhan
• Mengumpulkan data dan informasi
• Mengolah dan menganalisis data dan informasi
• Menyusun budget
4


IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
  Karakteristik Hibah
Mengingat kerumitan dan skala permasalahan yang ada diperguruan tinggi, maka hibah ini ditujukan kepada Perguruan Tinggi Swasta.
• Unit pengusul: Perguruan Tinggi.
• Pelaksanaan program: Agustus sampai dengan Desember 2006.
• Dana dari Dikti: maksimum Rp. 390.000.000,-
• Unit pengusul tidak diharuskan menyediakan dana pendamping.


5
Contoh Rincian Aktivitas
Rincian Aktivitas Program Peningkatan Keluaran Institusi Pendidikan Activity 1 Isu strategis relavan: Relevancy Peningkatan Kompetensi dan Kemampuan Lulusan, Dengan Memberi Tekanan Pada Peningkatan Hard Skilldan Soft Skill
Sub Activity:
1.  Peningkatan penguasaan dan keterampilan lulusan dengan berbagai keilmuan dan
     teknologi informasi yang relevan dan terkini
2.  Peningkatan kemampuan berbahasa dan komunikasi lulusan
3.  Peningkatan ketrampilan kewirausahaan melalui revitalisasi incubator bisnis
4.  Peningkatan kreativitas dan inovasi mahasiswa di bidang penelitian dan
     pengabdian masyarakat '
5.  Pengembangan karir (career development)

Activity 2
Isu Strategis: Academic Atmosphere dan Efficiency&Productivity
Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Kegiatan Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat








6
Sub activity:
1.  Peningkatan kemampuan metodologi dan publikasi penelitian (nasional dan
     internasional)
2.  Peningkatan suasanan akademis dan budaya penelitian melalui pembentukan
     research group,revitalisasi lembaga penelitian, dan pengembangan basis data
     hasil penelitian berbasis internet
3.  Peningkatan kegiatan penelitian yang didanai melalui hibah kompetitif
4.  Peningkatan kegiatan pengabdian masyarakat yang terkait dengan manfaat dan
     aplikasi hasil penelitian

Ø  Activity 3
Isu Strategis Relevan : Relevancy
Peningkatan Link and Match dengan Dunia Industri
Sub Activity:
1.  Peningkatan kerja sama pengembangan dengan dunia industri
2.  Revitalisasi fungsi dan peran career centersebagai media komunikasi antara
     dunia industri dan civitas academica
3.  Pengembangan pusat layanan bisnis, yang ditujukan kepada pemerintah, industri,
     dan masyarakat





7
Contoh Lain
  Aktivitas Peningkatan Mutu Pendidikan
Aktivitas 1
Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar berbantuan Teknologi Informasi
Sub Activity
(1) Peningkatan metodologi pengajaran untuk aspek teknologi pendidikan dan E-           learning
(2) Peningkatan peran dan kontribusi dosen sebagai content providerdalam sproses
pembelajaran berbasis internet
(3) Penguatan kepedulian dan sosialisasi PBM berbasis IT melalui pengembangan
content managementdan user education
(4) Peningkatan intensitas penggunaan fasilitas pembeljaran berbasis IT melalui
koordinasi dengan bagian monitoring dosen dan penjadwalan kuliah, dan
pendamping dosen tidak tetap
Aktivitas 2
Peningkatan Mutu dan Budaya Penelitian Dosen dan Mahasiswa
Sub Aktifitas
(1) Peningkatan kemampuan penelitian dan penulisan ilmiah
(2) Peningkatan partisipasi dosen dan mahasiswa dalam research group
(3) Pengembangan basis data/e-journal untuk hasil karya penelitian dan publikasi di
      tingkat Universitas
(4) Pengembangan sistem monitoring kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa  


8

9
Contoh Komponen Biaya Yang Disyaratkan dalam Program/Proyek
Pengembangan Perpustakaan (maksimum 35%)
Komponen ini dapat digunakan untuk pengadaan bahan pustaka, perbaikan alat dan
furnitur serta pengadaan seperlunya alat bantu penyelenggaraan kegiatan pengelolaan
perpustakaan. Usulan harus disusun secara rinci lengkap dengan spesifikasi teknis.

Pengembangan Laboratorium (maksimum 55%)
Komponen ini diutamakan digunakan untuk pengadaan peralatan untuk mendukung
pengelolaan program dan sumberdaya laboratorium serta, perbaikan alat (repair) serta
pengadaan seperlunya alat bantu ajar. Usulan harus disusun secara rinci lengkap dengan spesifikasi teknis.
Manajemen penyelenggaraan program (maksimum 10%)
Penggunaan komponen ini mencakup seluruh gaji dan upah, serta biaya kesekretariatan pengelolaan program selama pelaksanaan hibah.











10

11

Budget penjualan adalah budget yang merencanakan secara lebih teliti dan rinci mengenai penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis, jumlah, harga, waktu dan tempat penjualannya. (Munandar, 1987)

Alternatif Teknik Budgeting (Forecasting)
Penjualan Yang dapat digunakan
• Teknik Kualitatif (Non-statistik)
• Teknik Kuantitatif (Pendekatan Statistik)
– Least Square
– Quadratik
– Exponensial Smoothing
12
13