Mungkin kita pernah mendengar berita
atau kisah seorang ibu yang tega menyakiti atau bahkan membunuh anaknya
sendiri. Tapi pastilah kita jauh lebih sering lagi mendengar atau
menbaca kisah-kisah tentang besarnya kasih sayang seorang ibu. Atau
tidak lah usah kita melihat jauh terhadap kisah yang dialami oleh orang
lain yang ditulis dalam buku-buku sejarah atau dicetak menjadi sebuah
novel yang mahal, bukankah kita sendiri mempunyai dan cukup mengenal
seorang wanita yang pernah kesakitan saat melahirkan anaknya, yaitu
“KITA”.
Ibu adalah ia yang tak akan tega melihat
atau menyaksikan anaknya menderita. Mungkin jika diberikan pilihan
kepadanya antara hidup dan kematian yang sangat menentukan, ia akan
memilih mati agar kita sebagai anaknya tegap hidup. Mungkin kita tidak
lagi ingat ketika ibu kita dengan sangat rela membersihkan kotoran kita
saat kita balita, ia yang dengan sabar menyuapi kita saat kita rewel
atau yang dengan sabar menunggu malam agar cepat berlalu ketika kita
terbaring sakit dengan matanya yang sayu karena tidak tidur
mengkhawatirkan kita. Lantas, sudahkah kita ingat ia ketika kita
dewasa?
Memang terkadang akan ada saja kekesalan yang akan dirasakan oleh seorang anak dengan berbagai alasan karena orang tua
nya. Mungkin kita pernah merasa tidak dihargai, atau tidak disayangi
karena ibu kita lebih menyangi saudara kita sendiri yang memiliki
kelebihan dibandingkan kita atau memang ibu kita lebih menyimpan simpati
dan kasih sayang nya kepada saudara yang lain. Mungkin perasaan ini
masih ada sampai kita dewasa, jika memang ia sadarkah kita, bahwa kita
telah menghilangkan satu poin penting yang sangat berharga dalam hidup
kita, yaitu tuntuan kita sebagai seroang anak adalah senantiasa berbakti kepada orang tua
kita termasuk dalam hal ini seorang ibu. Jika kita merasa tidak
disayangi, bukankah banyak orang yang merasa tidak disayangi padalah ia
adalah orang yang paling diperhatikan pada kenyataannya. Jadi semua
berawal dari rasa tidak terima kita..
Tidak mudah memang terkadang membina
hubungan yang baik dengan seorang ibu. Seorang anak yang telah beranjak
dewasa, ia lebih sering melupakan ibu dan bapaknya. Malah sering kita
dengar ada anak perempuan yang gemar sekali memusuhi ibu yang seharusnya
ia hormati. Jika kita adalah anak laki-laki, mungkin kita adalah yang
termasuk anak yang sering jauh dan jarang bertemu dengan ibu kita karena
kesibukan yang tak memberikan waktu luang sedikitpun walau hanya untuk
menghubunginya via telpon.
Kasih sayang ibu sepanjang masa
Jika dihadapkan padanya antara hidup dan kematian, pastilah ia akan memilih mati agar kita tetap hidup
Rasanya tidak terlalu berlebihan kalimat
tersebut untuk menggambarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu
kepada anaknya, yaitu “kita”. Seorang ibu adalah ia yang telah berjuang
dengan gigih saat melahirkan kita, pastinya kita tak akan ingat ketika
ia dengan rela hati membawa kita kemanapun ia pergi saat kita dalam
kandungannya lebih kurang selama 9 bulan lamanya.
Begitu indahnya gambaran kasih sayang
yang diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya. Ia memberikan apapun
agar anaknya hidup layak dan bahagia. Apakah kita berfikir ketika ia
berikan segalanya untuk kita, ia curahkan semua perhatiannya untuk
memikirkan kebutuhan kita, sang ibu mengharapkan balasan kita? Sama
sekali tidak, jikapun ada ibu yang terkadang meminta sekedar
kebutuhannya itupun tidak seberapa, dan itu memang kewajiban kita
sebagai seorang anak. Pernahkah kita mendengar dalam ajaran Islam yang
mulia, bahwa semua harta yang kita miliki adalah hak orang tua kita?
Kasih sayang ibu memang tidak terbatas.
Mungkin bagi sebagian kita yang telah merasakannya dan ada yang sama
sekali tidak sadar akan besarnya kasih sayang seorang yang mulia ini.
Masih ingatkah kita saat kita masih seorang bocah nakal yang sering kali
merepotkannya, ia mungkin marah, tapi bukan berarti itu dapat
mengurangi kasih sayang nya kepada kita. Ia marah karena kita melakukan
sesuatu yang salah, adalah salah satu bukti bahwa ia sedang menyayangi
anaknya.
Kasih sayang ibu tidak
mungkin dapat kita bayar sampai kapanpun, ia adalah hutang yang tak
mungkin pula dapat kita lunasi sampai kita mati. Saat kia dalam
kandunganya, ia adalah yang paling merasakan kesusahan karena kita.
Tidur tidak nyenyak, kemana-mana berjalan dengan perut yang berat, tidak
boleh makan ini dan itu serta tak jarang harus makan makanan yang tidak
ia sukai.
Pada saat melahirkan tiba, penderitaan
ibu untuk memperjuangkan kelangsungan hidup kita harus dilaluinya. Saat
seorang ibu melahirkan anaknya, merupakan saat-saat ketika ia harus
berhadapan dengan keadaan yang mengancam jiwanya untuk melahirkan kita.
Ia harus menghadapi kesakitan yang luarbiasa agar kita lahir kedunia.
Pada saat anak masih bayi, penderitaan ibu belum selesai. Setiap malam harus bangun untuk mengganti popok, menyusui, dan menidurkan si bayi. Belum juga terlelap lama, jika si kecil bangun, maka ibu harus ikut bangun untuk melayani kebutuhan si kecil. Begitu seterusnya hingga anak dapat hidup mandiri. Bahkan, ketika anak sudah besar dan mandiri-pun kasih sayang ibu tidak pernah surut atau berkurang. Mereka tetap menyayangi anak-anaknya, melalui cucu- cucunya.
Seorang ibu malakukan semua itu dengan
penuh kasih sayang tanpa disertai harapan mendapat balasan. Seorang ibu
adalah ia yang senang ketika kita senang, ia akan sedih ketika kita
mendapatkan kesusahan. Jika kita sakit, ia adalah orang yang paling
mengkhawatirkan kita. Itulah diantara kasih sayang ibu terhadap
anak-anaknya.
Ibu yang Mustajab Doanya
Didalam Islam, salah satu doa yang dikatakan Mustajab adalah
doa dari seorang ibu. Ia adalah orang yang berdoa tanpa mengharapkan
balasan dari anaknya. Oleh karena itu, jika kita mengharapkan
keberhasilan dan kebaikan senantiasa menyertai kita dimanapun dan apapun
usaha yang kita lakukan, maka mintalah doa serta restu dari ibu kita
jika memang ia masih ada. Tatkala kita mendapatka restu serta doanya,
maka itu adalah peluang serta asset berharga yang kita punya.
Sebaliknya, jangan sekali-kali kita
menyakiti hadi seoang ibu. Jika seoang ibu telah murka karena
kedurhakaan yang dilakukan oleh anaknya, maka tatkala ia berdoa
keburukan untuk anaknya karena kedurhakaan sang anak kepadanya, maka ini
adalah mala petaka yang sangat mengerikan yang tidak bisa kita
bayangkan akibatnya. Semoga kita bukan termasuk anak-anak yang durhaka kepada orang tua kita.
Benarkah Surga itu ada Ditelapak kaki ibu
Sering kali kita mendengar kata ini,
“Suraga ada ditelapak kaki ibu” benarkah itu? Mengenai ungkapan ini
disarkan kepada hadis yang berkaitan dengan birul walidain.
Meskipun ada beberapa yang mengatakannya lemah dan palsu, akan tetapi
ada juga hadis yang menyatakan derajatnya pada hadits yang lain hasan.
Terlepas dari perselisihan tersebut, (walalohua’lam) jika dilihat dari
segi makna tidak lah salah karena besarnya kasih sayang seorang ibu dan
begitu tinggi kedudukan seorang ibu bagi kita.
Kaki adalah organ tubuh yang paling
rendah bagi manusia, artinya kita harus senantiasa merendahkan diri kita
tatkala kita didepan ibu dan ayah
kita. Melembutkan suara saat berkata dan tidak membentak keduanya.
Bahkan dalam Al Quran dijelaskan pula, bahwa seorang anak bukan hanya
tidak diperbolehkan membentak kedua orang tuanya, bahkan ia tidak boleh
mengucapkan perkataan “ah” sekalipun tatkala salah satu atau kedua orang
tuanya memerintahkan sesuatu selain bermaksiat kepada Alloh.
Oleh karena itu, jika kita inginkan
kebahagiaan dunia maupun di akherat, maka hendaklah kita senantiasa
memperhatikan sikap kita kepda ibu dan ayah kita. Kasih sayang seorang
ibu dan seoang ayah, adalah keniscaaan yang tak dapat kita baikan.
Jikapun Alloh takdirkan kita tak sempat lama bersama mereka, kita masih
bisa panjatkan doa atau bersedekah untuk keduanya. Semoga dengan
banyaknya kita berdoa atau bersedekah yang kita tujukan untuk mereka,
hal ini akan menjadi penolong mereka dan meringankan beban ibu dan ayah
kita diakherat kelak. Wallohua’lam. (Inspirasi kerangka artikel dari: http://anneahira.com >> Kasih sayang ibu seluas lautan, selapang dunia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar