Catching Fire

Kamis, 29 Januari 2015

20 Negara dengan Jumlah Militer Terbesar

Pada kesempatan ini, nusantaranews akan menampilkan negara-negara dengan kekuatan militer terbesar yakni dari segi jumlah total tentara aktifnya. Dan kita dapat melihat seberapa besar kekuatan militer kita [jumlah] dibanding negara-negara lain di dunia. Selain itu, kita dapat melihat bahwa negara-negara yang ‘asyik’ berperang dan berkonflik cenderung memiliki persentase tentara yang sangat tinggi terhadap jumlah penduduknya.
Berdasarkan data Center for Strategic and International Studies (CSIS*) pada tahun 2006 dan Jaffa Center of Strategic Studies (JCSS*) menunjukkan bahwa negara dengan  jumlah tentara aktif terbesar adalah China dengan 2.255.000 tentara aktif, 800.000 pasukan cadangan serta 3.969.000 paramiliter.
Amerika berada diposisi kedua dengan jumlah tentara sebanyak 1.473.900 tentara aktif, 1.458.500 pasukan cadangan serta 453.000 paramiliter. Sedangkan India dengan jumlah tentara aktif sebesar 1.325.000 berada diposisi ketiga dan diikuti Korea Utara (4), Rusia (5) dan Korea Selatan (6).
Sedangkan Indonesia berada diposisi 13 dengan 316.000 tentara aktif (0.14%), 400.000 pasukan cadangan, dan 207.000 paramiliter.  Jumlah kekuatan militernya Indonesia berada diposisi ke-3 di kawasan ASEAN setelah Vietnam (10), Myanmar (12). Sedangkan Thailand tepat berada di bawah Indonesia.
Berikut ini tabel 20 Negara dengan jumlah Militer Terbesar (tentara aktif) dan 11 negara tambahan (pilihan subjektif)
No Negara # Penduduk Tentara
Aktif
Cdangan +
Paramiliter
%
Tentara
1 RR China 1,335,810,000 2,255,000 4,769,000 0.17%
2 Amerika S 306,102,000 1,473,900 1,911,500 0.48%
3 India 1,142,950,000 1,325,000 2,448,300 0.12%
4 Korea Utara 23,790,000 1,106,000 4,889,000 4.65%
5 Rusia 141,735,840 1,037,000 2,759,100 0.73%
6 Korea Selatan 48,224,000 687,000 4,522,000 1.42%
7 Pakistan 165,330,000 650,000 830,000 0.39%
8 Iran 70,495,782 545,000 11,740,000 0.77%
9 Turki 70,586,256 514,850 528,700 0.73%
10 Vietnam 87,375,000 484,000 9,080,000 0.55%
11 Mesir 75,745,000 450,000 659,000 0.59%
12 Myanmar 48,798,000 428,250 72,000 0.88%
13 Indonesia 229,221,000 316,000 607,000 0.14%
14 Thailand 63,038,247 306,600 313,700 0.49%
15 Syria 19,929,000 296,000 240,500 1.49%
16 Taiwan 23,027,672 290,000 1,675,500 1.26%
17 Brazil 188,480,000 312,000 1,400,600 0.17%
18 Jerman 82,062,200 284,500 398,650 0.35%
19 Colombia 44,660,000 280,000 140,000 0.63%
20 Irak 28,993,000 265,607 242,212 0.92%
Tambahan
21 Prancis 64,105,100 259,050 520,400 0.40%
22 Jepang 127,704,000 238,000 70,149 0.19%
25 Saudi Arabia 24,735,000 199,500 35,000 0.81%
26 Inggris 61,612,300 195,900 233,860 0.32%
30 Israel 7,373,000 177,000 416,050 2.40%
37 Kamboja 13,388,910 124,300 67,000 0.93%
40 Filipina 90,457,200 114,500 289,500 0.13%
42 Malaysia 27,757,000 110,000 61,700 0.40%
62 Singapura 4,839,400 60,500 408,800 1.25%
89 Laos 5,859,000 29,100 100,000 0.50%
135 Brunai 390,000 7,000 3,750 0.03%
** Warna Coklat-Kemarahan : Negara ASEAN
Selain itu, terdapat 3 negara dengan persentase pasukan tentara aktifnya lebih dari 2% total penduduk yakni
1. Korea Utara (Rank 4) – 4.6%
2. Eritrea – 4.2% (Rank 24) – negara Afrika Timur
3. Israel – 2.4% (Rank 30)
Untuk negara-negara yang masih ada ketegangan politik, rata-rata tiap negara tersebut mempersiapkan tentara+cadangan+paramiliternya hingga jutaan tentara.  Dari tabel di atas, terlihat Iran memiliki pasukan cadangan [rakyat yang siap tempur] hingga mencapai angka 11 juta (demi membendung pengaruh Sunni Arab + Israel) . Begitu juga, Korea Utara dan Korea Selatan yang memiliki jumlah personel mencapai 5 juta. Hal serupa dapat dilihat antara India dan Pakistan. Tentunya, negara-negara tersebut harus rela mengeluarkan anggaran militer yang tidak kecil, seperti AS.
Negara-negara yang di-bold, yakni China, AS, India, Rusia (Lihat Kekuatan Militer Rusia),  Korut, Pakistan, Inggris, Prancis, merupakan negara yang menyatakan sebagai negara memiliki senjata nuklir. Hingga saat ini, Israel belum menyatakan memiliki senjata nuklir, namun diduga Israel memiliki senjata nuklir.
Refleksi
Meskipun Amerika memiliki teknologi perang yang canggih dan ‘mahal’,  Amerika cenderung memiliki pasukan tentara yang besar. Sedangkan Indonesia memang ‘sedikit’ berbeda. Agak dilematis, dengan tentara yang relatif kecil, ditambah dengan armada [peralatan] tempur yang minim serta rendahnya ekonomi dan pendidikan telah menyebabkan Indonesia cenderung dipandang rendah oleh negara tetangga. Hal ini-pun berdampak pada berbagai hubungan dan perundingan diplomatik yang cenderung [beberapa kali] merugikan kepentingan Indonesia. Sehingga tidak jarang Singapura, Malaysia, dan Australia memandang Indonesia dengan sebelah mata serta melakukan berbagai kebijakan yang melukai bahkan menghina martabat bangsa Indonesia.
Sebut saja kasus Sipadan, Ligitan, Ambalat, pembajakan budaya-lagu-kerajinan hingga TKI dengan kerajaan Malaysia. Begitu juga Singapura yang berani menerima pasir curian dan seludupan Indonesia dan  melindungi para koruptor yang membawa triliunan rupiah uang rakyat Indonesia. Hal serupapun datang dari Australia yang melakukan spionase di tanah Cendrawasih.  Hal ini tentu berbeda dikala pemerintah Soekarno, Indonesia menjadi ‘Macan Asia’ yang disegani.
Tapi, kita tidak perlu terlalu khawatir mengenai citra Indonesia tersebut. Tanpa kekuatan militer yang ‘kuat’, Indonesia dapat menjadi negara yang disegani tatkala ekonomi rakyatnya maju dan pendidikan yang tinggi. Hanya dua faktor itu saja, cukup membawa nama Indonesia di mata dunia.  Tapi, ironis…kedua faktor tersebut tidak pernah meningkat, bahkan cenderung menurun. Meskipun pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun, angka ini menjadi tak begitu berarti tatkala tingkat inflasi [kenaikan harga barang] jauh diatas angka pertumbuhan ekonomi. Di tahun 2008 saja, tingkat inflasi Indonesia mencapai 11%, sangat jauh dengan angka pertumbuhan 6%. Kita tahu bahwa, pemerintah saat ini hanya mengiklan keberhasilan menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi, tapi lupa [atau dilupakan] bahwa inflasi negeri ini masih tinggi diikuti tingkat penggangguran serta meningkatknya biaya untuk melanjutkan studi.
Jika ekonomi dan pendidikan kita rendah, bisa dipastikan militer kita pun rendah. Jika militer kita rendah, maka nilai minus kita dimata duniapun bertambah….Memang masalah yang kompleks.. Namun kita berharap, negeri ini lebih serius menangani ekonomi dan pendidikan yang lebih baik. Jangan lebih mementingkan ‘pesta demokrasi’ yang menghabiskan dana, perhatian, keringat, bahkan darah [sengketa, perkelahian].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar