Timnas Hindia Belanda
Sayangnya pada saat penampilan pertama di babak penyisihan pialadunia, 5 Juni 1938, timnas tak berkutik dihadapan Hongaria (Tim yang akhirnya menjadi runer-up). Di Stadion Auguste Delaune, Reims disaksikan sekitar 9.000 penonton timnas kita harus mengakui keunggulan Hongaria dengan skor meyakinkan 6-0, dan memaksa timnas angkat koper lebih awal. Pengalaman yang bagus sebenarnya buat sebuah tim yang baru terlahir..
Jejak perjalanan Timnas Indonesia pun dimulai, sebagai tim yang disegani dikawasan Asia. Diawali dengan kemampuan Timnas merah-putih menembus semi final Asian games 1954 di Manila, walaupun harus mengakui keunggulan timnas Taiwan kala itu dengan skor 4-2. Kemudian pada Olimpiade Melbourne 1956, Indonesia mengirimkan tim sepak bola. Catatan manis mulai ditorehkan, timnas garuda mampu menembus babak perempat final. Di perempat final timnas garuda sudah harus melakukan duel class of titans dengan favorit juara, timnas Uni Soviet. Sempat menahan imbang 0-0 di match pertama, tapi dimatch ke 2 yang merupakan ulangan, timnas kita dipermak dengan skor 4-0.
Sejak saat itu Timnas Indonesia beserta klub-klub dibawah naungan PSSI menyandang predikat “Macan Asia”, sebuah masa keemasan yang menjadi sejarah masa lalu diera 60-80an. Bahkan dulu kompetisi Galatama kita ditiru formatnya oleh kompetisi J-Legaue Jepang, dari masalah manajeman sampai kompetisi Jepang benar-benar belajar dari PSSI. Bayangkan untuk tim Asian All-Star 1966-70, timnas menyumbang empat pemain seperti Soetjipto Soentoro, Jacob Sihasale, Iswadi Idris dan Abdul Kadir. Jepang dan Korsel yang saat ini menjadi langganan Piala dunia pun saat itu tak ada apa-apanya dibandingkan timnas kita. Apalagi yang namanya Thailand, Singapura bahkan Malaysia mereka bukan level buat timnas kita. Sepakbola kita sudah terbiasa bertanding dalam sebuah turnamen maupun ujicoba dengan tim-tim elite dunia. Meskipun sekarang keadaanya benar-benar terbalik dari masa itu, dimana timnas kita sekarang “tertinggal langkah” oleh tim seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Bahkan jangan samakan dengan Jepang maupun Korsel untuk saat ini.
Dan berikut 13 pertandingan sepakbola Indonesia menghadapi timnas luar maupun klub elite dunia dari era galatama, perserikatan sampai sekarang yang menurut saya dapat dijadikan sebuah memorable match.
Quote:1 Vs Dynamo Moscow (USSR/Rusia)-1970
Spoilerfor VS DynamoMoscow:
PSSI 1970
Untuk
list pertama saya sengaja memilih match ini, saat timnas Garuda
menghadapi Dynamo Moscow 14 Juni 1970. Saat itu Dynamo Moscow membawa
kiper legendaris dan terbaik dunia Lev Yashin. Pada pertandingan
tersebut timnas kita dipaksa menyerah dengan skor tipis 0-1. Dalam match
itu sebenarnya Indonesia mendapatkan beberapa peluang emas melalui trio
Soetjipto Soentoro, Iswadi Idris dan Jacob Sihasale tapi seperti yang
kita ketahui bahwa penjaga utama pertahanan Dynamo Moscow saat itu
adalah sosok legendaris Lev Yashin.
2 Vs Feyenord Rotterdam (Belanda)-1965
Spoilerfor Vs Feyenord Rotterdam (Belanda):
Feyenord 1965
Ini
adalah tur pertama timnas kita keluar negeri, Pada 9 Juni 1965 timnas
garuda bertandang ke Rotterdam Belanda untuk menghadapi Feyenord yang
saat itu dikapteni oleh Guus Hidink. Walaupun sempat unggul cepat
dimenit kedua babak pertama melalui sang kapten Soetjipto Soentoro,
sampai babak pertama berakhir, dibabak kedua feyenord dapat membalik
keadaan menjadi 6-1. Yang saat itu kabarnya memang sengaja untuk
kemengan Feyenord karena adanya faktor politik dan wasit.
3 Vs Sv Werder Bremen (Jerman)-1965
Spoilerfor Vs Sv Werder Bremen (Jerman):
PSSI 1965 Germany
Ini
adalah tur kedua timnas kita, dan untuk kali ini tim Garuda bertandang
ke Jerman Barat menghadapi juara bertahan saat itu, Werder Bremen.
Walaupun timnas kita bisa mencetak banyak goal, timnas kita tetap harus
mengakui keunggulan tim tuan rumah dengan skor 6-5. Dalam match ini
Soetjipto Soentoro berhasil mencetak hatrick pada menit 30, 41 dan 58,
yang membuat dia bersama rekannya Max Timisela mendapat pujian dan
tawaran bermain di werder Bremen oleh sang pelatih Gunther Brocker yang
notabene selain melatih Bremen dia adalah kepala pelatih timnas Jerman
Barat saat itu. Namun saat itu ditolak dengan alasan bahwa mereka akan
lebih senang bermain untuk negara mereka sendiri dan untuk persiapan
menghadapi Asean Games 1966.
4 Vs Santos Fc (Brazil)-1975
Spoilerfor Vs Santos Fc (Brazil):
Pertandingan
yang dihadiri sekitar 80.000 penonton saat itu, yang mempertemukan
timnas Garuda dengan Santos Fc yang diperkuat legenda sepak bola, Pele.
Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan Santos.
Goal Indonesia dicetak oleh Risdianto pada menit 30 dan 71. Sedangkan 3
goal balasan Santos dicetak oleh Jedes, Edu dan Pele dari titik putih.
Sayang pertandingan ini tidak ada dokumentasi resminya dalam bentuk foto.
5 Vs Ajax Amsterdam (Belanda)-1975
Spoilerfor Vs Ajax Amsterdam (Belanda):
Ajax Amsterdam 1975
Pertandingan
ini adalah salah satu match dari turnamen segitiga Timnas Indonesia
Tamtama, Ajax dan Manchester United tahun 1975. Pada pertandingan ini
Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Ajax 4-1, yang akhirnya
menjadi juara turnamen ini.
Selain partisipasi dalam match di
turnamen ini, saat itu Ajax juga melakukan beberapa uji coba dengan
klub-klub PSSI. Yang pertama adalah tim gabungan PSSI wilayah 1 (Juara
antar regional PSSI 1974) , stadion Teladan (Sabtu, 4 Juni 1975). Dimana
saat itu tim PSSI wilayah 1 berhasil unggul dengan skor meyakinkan 4-2.
* Setelah match tersebut, dalam beberapa kesempatan Bapak kita yang terhormat Djohar Arifin Husin (saat
belu jadi Ketum PSSI) mengatakan bahwa tim PSSI wilayah satu yang
mengalahkan Ajax adalah PSMS Medan karena sebagian besar tim
bermaterikan pemain PSMS Medan.
Pertandingan berikutnya, Senin 9 Juni
1975 stadion Utama Senayan, Jakarta. Ajax menjajal kekuatan Persija
Jakarta. Persija mampu menahan imbang 1-1 melalui goal striker andalan
timnas saat itu, Risdianto menit 21’ yang kemudian dibalas oleh Jhony
Rep, tiga menit berselang.
Dan untuk pertandingan terakhir Ajax
menyambangi Stadion Gelora 10 November Surabaya (Rabu, 11 Juni 1975),
untuk menghadapi Persebaya Surabaya. Pertandingan sendiri berakhir untuk
kemenangan Ajax dengan skor 3-2. Padapertandingan ini gol-gol Persebaya
dicetak oleh Jacob Sihasale dan Rudi Bahalwan, sedangkan Gol dari Ajax
dicetak oleh Ruud Geels (2 gol) dan Rene Notten.
6 Vs Manchester United (Inggris)-1975
Spoilerfor Vs Manchester United (Inggris):
Ini adalah match pertama dari Turnamen segitiga Timnas Indonesia, Ajax dan MU. Dan berikut susunan skuad ke dua tim.
PSSI
Tamtama: Ronny Paslah, Sutan Harhara, Oyong Liza, Suaib Rizal, Iim
Ibrahim, Anjas Asmara, Nonon, Waskito, Junaedi Abdillah, Risdianto, Andi
Lala.
Manchester United: Alex Stepney, Alex Forsyth, Arthur
Albiston, Gerry Daly, Jimmy Nicoll, Jim McCalliog, Trevor Anderson,
Sammy McIlroy, Stuart Pearson, David McCreery, Anthony Young.
MU 1975
Flash
backdulu, pada awal Mei 1975, Wiel Coerver ditunjuk sebagai pelatih
baru timnas senior, yang dulu disebut Indonesia Tamtama. Coerver bukan
seorang pelatih yang minim prestasi. Pada musim 1973/1974, dia sukses
membawa Feyenord sebagai klub pertama asal Belanda yang meraih titel
Piala UEFA. Didampingi asisten pelatih, Wim Hendriks, Coerver diharapkan
membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 1978. Lantas, laga melawan Ajax
dan Manchester United dalam turnamen segitiga dijadikan ajang pemanasan
sebelum Pra Olimpiade 1976 melawan Korea Utara. Pertandingan PSSI
Tamtama melawan MU merupakan partai pembuka. Tommy "The Doc" Docherty
membesut The Red Devils sejak akhir musim 1972. Dia mampu menyelamatkan
MU dari jurang degradasi, tapi musim berikutnya gagal. MU terpaksa
memainkan musim 1974/1975 di Divisi Dua. Waktu itu, trio emas George
Best, Denis Law, dan Bobby Charlton sudah meninggalkan MU. Denis Law
pindah ke Manchester City pada musim 1973/1974. Penyebab terdegradasinya
MU pada musim itu karena gol Denis Law dalam derby Manchester.
Dalam
partisipasinya di turnamen segitiga, MU ternyata mengecewakan pengurus
PSSI maupun masyarakat penggemar sepakbola sejak mendarat di Bandara
Halim Perdana Kusuma. Mereka tidak mendatangkan seluruh pemain intinya
seperti yang telah dijanjikan. Rombongan mereka hanya 14 orang yang
terdiri dari 12 pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer. Dulu, MU
bermain ala kadarnya, asal tidak kebobolan. Ketika terjadi pergantian
pemain di babak kedua, yang masuk sebagai pengganti adalah pemain
bertubuh gendut bernama Tommy Docherty, yang tidak lain dan tidak bukan
adalah sang manajer.
Tugas "The Doc" dihadapan 70.000 penonton kala itu adalah untuk
mengganggu pergerakan trio penyerang Indonesia, yaitu Waskito,
Risdianto, dan Andi Lala. Tak heran, hanya dalam waktu 5 menit, Docherty
terkena kartu kuning dari wasit Kosasih Kartadireja. Pada akhirnya,
pertandingan berakhir seri 0-0 karena gawang Ronny Pasla juga jarang
dihajar tembakan penyerang MU
7 Vs Arsenal (Inggris)-1983
Spoilerfor Vs Arsenal (Inggris):
The Gunners, datang dengan diperkuat kiper legendaris Pat Jennings, dua pemain nasional Inggris Kenny Sansom, dan Graham Rix serta si legenda hidup David O’Leary, datang ke negeri Indonesia dengan tujuan utama berlibur ke Bali . Mereka menang 3-0 atas PSMS Plus di Medan, 5-0 atas PSSI Selection di Senayan, namun yang terjadi kemudian, tepatnya pada 17 Juni 1983 saat lawan juara Galatama, Niac Mitra di Surabaya, sungguh mengejutkan. Arsenal takhluk dengan skor 0-2.
Niac Mitra VS Arsenal 1983
Menurut Kompas waktu itu, banyak yang mencibir kekalahan Arsenal sengaja dibuat. Salah satunya lantaran mainnya jam 2 siang, atau diusirnya Alan Sunderland oleh wasit Ruslan Hatta. Publik Stadion 10 November menyebut dua pemain Singapura, kiper David Lee dan Fandi Ahmad, sebagai pahlawan kota pahlawan. Fandi, yang usai membela Niac Mitra ditransfer ke Groningen, membuat gol di menit 37, sebelum ditutup Joko Malis di menit 85.
Data dan Fakta Niac Mitra VS Arsenal (2:0) tanggal : 16 Juni 1983 Stadion 10 November, Surabaya pencetak gol: Fandi Ahmad 37, Joko Malis 85 Susunan Pemain:
Niac Mitra : David Lee, Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperissa, Yudi Suryata, Rudy Keltjes, Rae Bawa/Yusul Male, Joko Malis, Hamid Asnan/ Syamsul Arifin, Fandi Ahmad, Dullah Rahim/ Yance Lilipaly
Arsenal : Pat Jennings, Colin Hill/Stewart Robson, David O’Leary, Chris Whyte/Lee Chapman, Kenny Samson, Brian Talbot, Alan Sunderland, Paul Davis, Brian McDermott, Raphael Meade/ Terry Lee, Graham Rix.
8 Vs PSV Eindhoven (Belanda)-1988
Spoilerfor Vs PSV Eindhoven (Belanda):
Tim
legendaris asal Belanda, PSV Eindhoven pada Maret 1988 pernah
berkunjung ke Indonesia dalam rangka tur Asia bersama Phillips. Dalam
turnya ini, PSV Eindhoven dihadapkan dengan beberapa tim papan atas
Indonesia. PERSIB, yang saat itu menjadi tim yang paling bergengsi di
tanah air diberi kesempatan melayani PSV Eindhoven dalam friendly match
di Stadion Siliwangi. Yang menarik perhatian, saat itu PSV dihuni
pemain-pemain kelas dunia. Sebut saja Ruud Gullit, Ronald Koeman, Wim
Kieft, dan Eric Gerets yang pernah menjadi kapten timnas Belgia. Bahkan
Ruud Gullit saat itu tengah dalam proses kepindahan ke AC Milan yang
akhirnya tercatat sebagai pemecah rekor pemain termahal dunia kala itu .
Persib-PSV 1988
PERSIB,
yang pada 1986 menjuarai kompetisi perserikatan harus berjuang keras
meladeni Eric Gerets dkk. Maklum para punggawa Maung Bandung kalah
segalanya, secara teknis maupun postur badan. Seperti umumnya orang
Asia, para pemain PERSIB kalah tinggi dibanding pemain PSV. “Kami selalu
ketinggalan langkah dari para pemain PERSIB. Bisa diibaratkan, satu
langkah Ruud Gullit sebanding dengan tiga langkah pemain PERSIB. Tapi
saya bangga bisa berhadapan dengan Gullit, setidaknya saya telah
berusaha untuk menghadangnya sebelum memasuki daerah pertahanan PERSIB,”
ujar Adeng Hudaya, libero sekaligus kapten Maung Bandung. Bisa ditebak,
Ruud Gullit Cs. pun menang mudah. Hasil akhir dari pertandingan ini 4-0
untuk PSV Eindhoven. Gol-gol yang dijaringkan PSV umumnya hasil
shooting jarak jauh. Keempat gol PSV Eindhoven dijaringkan oleh Willy
van de Kerkhof (1), Eric Gerets (1), dan Ruud Gullit (2). Tim PERSIB
yang saat itu ditukangi oleh Nandar Iskandar dan Indra Tohir menggunakan
formasi 4-3-3. “Para pemain Eindhoven memiliki tendangan yang keras dan
akurat. Man to man marking yang dijalankan pemain PERSIB tidak bisa
berjalan optimal, ini dikarenakan postur tubuh yang beda jauh. Bahkan
di-body charge pun malahan kita yang tersungkur,” kenang Adeng.
Sukowiyono,gelandang yang saat itu tampil sebagai starter PERSIB
mengatakan formasi yang diterapkan pelatih sebenarnya efektif untuk
mengimbangi pergerakan Ruud Gullit c.s. namun harus diakui pemain PERSIB
kalah fisik. Walaupun kalah kelas, pemain PERSIB tidak gentar. Adeng
Hudaya dkk. sangat bersemangat memberikan perlawanan kepada lawannya.
Buktinya, setelah membobol gawang PERSIB empat kali di babak pertama,
usai turun minum PSV tak bisa menambah gol. “Terlepas dari hasil akhir,
bagi saya pertandingan ini jadi pengalaman berharga bagi kami, kapan
lagi bisa berhadapan dengan pemain kelas dunia seperti Ruud Gullit
Cs.,”ungkap Suko.
Minta Diganti
Gara-Gara Gullit Duel
Persib kontra PSV Eindhoven memang bak pertarungan antara David dengan
Goliath, pasalnya sebagai tim amatir, Persib harus berhadapan lawan klub
elit Liga Belanda yang juga disegani di pentas sepakbola Eropa. Tak
heran hanyak kejadian lucu yang terjadi di lapangan hijau. Pemain
belakang PERSIB kocar-kacir menghadapi tekanan beruntun dari
lawannya.Tendangan maupun sundulan kelas dunia yang amat bertenaga
mengagetkan kiper PERSIB yang dijaga Wawan Hermawan. Baru separuh babak
gawang PERSIB sudah kemasukan empat gol. “Wawan Hermawan sempat menahan
bola yang ditendang keras Ruud Gullit. Lucunya, saat Wawan mencoba
menahan laju bola malahan badan Wawan yang terbawa masuk ke gawang
PERSIB,” kata Adeng sambil tertawa. Senada dengan Adeng, Dede Rosadi
yang saat itu turut andil membela Maung Bandung berkisah, para pemain
Eindhoven tidak hanya memiliki tendangan yang keras, heading-nya pun
membuat kiper Wawan tercengang. “Saking kerasnya heading Ruud Gullit,
membuat Wawan ciut. Ia bilang sundulannya saja keras apalagi
tendangannya. Di babak kedua Wawan meminta kepada pelatih untuk diganti
oleh kiper cadangan yang saat itu dipercayakan kepada Erik Ibrahim,”
ujar Dede mengenang.
9 Vs Ac Milan (Italia)-1996
Spoilerfor Vs Ac Milan (Italia):
Persib sebagai juara Kompetisi Perserikatan terakhir 1993-1994 mendapatkan hadiah, berupa kesempatan menjajal AC Milan, di Stadion Senayan Jakarta. Ketika itu, AC Milan yang disebut-sebut sebagai "The Dream Team" menjuarai Piala Champions 1994 melalukan tur Asia. Persib diperkuat Robby Darwis, Yudi Guntara, Dede Iskandar dll., sedangkan Milan menurunkan Dejan Savicevic, Sebastiano Rossi, Marcel Desailly, Marco Simone, Gianlugi Lentini. Persib memang kalah telak 8-0, tetapi pelatih Milan Fabio Capello ketika itu memberikan pujian kepada salah satu pemain Persib, yaitu Yudi Guntara .
Persib VS AC Milan
* Ditahun yang sama Indonesia juga mendapat kunjungan dari tim Italia lainnya SS Lazio dan UC Sampdoria yang bertanding dengan Tim Bintang Liga Indonesia.
Spoilerfor Vs Uruguay:
Timnas
Uruguay pernah singgah ke Indonesia tahun 1974 untuk melakoni laga uji
coba dengan Tim Merah-Putih. Mereka datang ke Jakarta kala itu untuk
melakoni laga persahabatan untuk memperingati HUT PSSI. Tanggal dan
waktu uji coba diplot pada 19 April di Stadion Utama Gelora Bung Karno,
Senayan. Disaksikan sekitar 60 ribu penonton, timnas Indonesia secara
mengejutkan menaklukkan negara asal Amerika Latin itu dengan skor 2-1.
Uruguay datang dengan tim yang dipersiapkan untuk tampil di Piala Dunia
1974. Majalah Tempo terbitan 4 Mei 1974 mengulas aksi Sutan Harhara dkk
yang sukses mematikan gaya permainan individual ala Amerika Latin milik
Uruguay.
Indonesia VS Uruguay 1974
"Saat itu kami tidak mengalami kesulitan berarti menghadapi mereka. Gaya permainan hampir sama dengan kita, mengandalkan umpan-umpan pendek dan sesekali bermain individu duel satu lawan satu. Beruntungnya kala itu timnas Indonesia dihuni banyak pemain yang memiliki skill individu bagus," kata Sutan . Dalam pertandingan uji coba tersebut timnas Indonesia yang diasuh Djamiat diperkuat Rusdianto, Ronny Paslah, Abdul Kadir, Anwar Ujang, Nabon dan Waskito. Kendali permainan dipegang Indonesia. Tim asuhan Juan Alberto Schiaffino kala itu kerap direpotkan dengan serangan dari sektor sayap. Merasa malu dengan kekalahan itu, Uruguay pun meminta pertandingan ulang sehari setelah kekalahan. Mereka sukarela tampil gratis tanpa dibayar. "Kami sih mau saja walau kondisi fisik lelah karena berpikir kesempatan bermain melawan tim luar negeri bisa menaikkan reputasi," ujar Sutan. Sayangnya, pada laga ulang timnas Indonesia kalah 2-3. Walau begitu hal tersebut tak menghilangkan kebanggaan para pemain. "Kami telah memberi pelajaran berharga kepada mereka untuk tidak meremehkan tim-tim yang kelasnya dibawah," ucap Sutan.
Pada tahun 2010 kedua tim bertemu kembali di stadion GUBK, seperti yang sama-sama kita ketahui saat Itu Indonesia sudah benar-benar kalah jauh secara kwalitas dan tekhnik. Sebagai juara ke-3 piala dunia 2010, Uruguay mampu melibas Indonesia dengan skor telak 1-7. (comeback istimewa dari Uruguay setelah tertinggal lebih dahulu lewat gol Boaz Salossa ).
Indonesia VS Uruguay 1974
"Saat itu kami tidak mengalami kesulitan berarti menghadapi mereka. Gaya permainan hampir sama dengan kita, mengandalkan umpan-umpan pendek dan sesekali bermain individu duel satu lawan satu. Beruntungnya kala itu timnas Indonesia dihuni banyak pemain yang memiliki skill individu bagus," kata Sutan . Dalam pertandingan uji coba tersebut timnas Indonesia yang diasuh Djamiat diperkuat Rusdianto, Ronny Paslah, Abdul Kadir, Anwar Ujang, Nabon dan Waskito. Kendali permainan dipegang Indonesia. Tim asuhan Juan Alberto Schiaffino kala itu kerap direpotkan dengan serangan dari sektor sayap. Merasa malu dengan kekalahan itu, Uruguay pun meminta pertandingan ulang sehari setelah kekalahan. Mereka sukarela tampil gratis tanpa dibayar. "Kami sih mau saja walau kondisi fisik lelah karena berpikir kesempatan bermain melawan tim luar negeri bisa menaikkan reputasi," ujar Sutan. Sayangnya, pada laga ulang timnas Indonesia kalah 2-3. Walau begitu hal tersebut tak menghilangkan kebanggaan para pemain. "Kami telah memberi pelajaran berharga kepada mereka untuk tidak meremehkan tim-tim yang kelasnya dibawah," ucap Sutan.
Pada tahun 2010 kedua tim bertemu kembali di stadion GUBK, seperti yang sama-sama kita ketahui saat Itu Indonesia sudah benar-benar kalah jauh secara kwalitas dan tekhnik. Sebagai juara ke-3 piala dunia 2010, Uruguay mampu melibas Indonesia dengan skor telak 1-7. (comeback istimewa dari Uruguay setelah tertinggal lebih dahulu lewat gol Boaz Salossa ).
11 Vs Jerman Timur 1964
Spoilerfor Vs Jerman Timur:
East Germany 1964
29 Oktober 1964. Pada tahun 1964, tim nasional Jerman Timur (Republik Demokrasi Jerman) tercatat dua kali berkunjung ke Indonesia, yaitu bulan Januari dan Oktober. Dalam dua kunjungannya itu, Jerman Timur selalu memilih Persib menjadi salah satu tim yang dihadapinya. Menurut catatan Novan Herfiyana, seorang kontributor data sepak bola Indonesia untuk situs rsssf.com, pada pertemuan pertama, Persib hanya kalah 0-2. Namun, pada pertemuan kedua di Stadion Siliwangi Bandung pada tanggal 29 Oktober 1964, Persib benar-benar menjadi bulan-bulanan salah satu kekuatan sepak bola di Eropa Timur dengan skor telak 1-7. Pada pertemuan kedua ini, formasi pemain Persib yang tampil adalah Jus Etek (kiper); Masri, Ishak Udin, Kaelani, Sunarto, Fattah/Ismail, Omo Suratmo, Wowo Sunaryo/Fattah, Djadjang Haris, Hendra, dan Andi Achmad/Otong. Sementara timnas Jerman Timur tampil dengan formasi Weigang (kiper) Geisler, Walter, Seehans, Rooke, Pankau, Litsewitz, Beckhaus, Stoker, Engelhardt, dan Bauchsdiess.
* Selain Jerman Timur, pertandingan yang pernah dilakukan Persib dengan timnas negara luar adalah saat melawan Timnas Italia U-21, 27Juni 1977. Dengan skor 3-1 untuk kemenangan Persib. (Persib: Max timisella, Risnandar, Nandar Iskandar. Italia U-21: Pasinato)
* Jago juga ya Persib ini banyak mendapat kunjungan tim-tim besar , mungkin mereka banyak yang milih Persib karena pengen liburan kepuncak kali ya
12 Vs Bayern Muenchen (Jerman)-2008
Spoilerfor VS Bayern Muenchen:
Timnas Indonesia mendapat kunjungan dari klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen, 21 Mei 2008. Sebuah pertandingan yang membawa nama sebuah sponsor tim Bayern Munchen yaitu produk asuransi Allianz dengan disaksikan sekitar 70.000 penonton yang hadir langsung di stadion. Apa pasal? menjadi salah satu dari Cukup banyak antusiasme penonton pada match ini, dikarenakan dengan adanya tiga nama besar yg dibawa Bayern Munchen dalam tur Asia, penjaga gawang legendaris Jerman, Sahrul khan eh maksud saya Oliver Kahn , Ze Roberto dan legenda Belanda Van Bommel.
Di menit awal Munchen langsung menggebrak pertahanan timnas. Hasilnya sebuah heading dari Breno Borges menyambut tendangan bebas dari pojok kiri pertahanan timnas berhasil menggetarkan gawang Jendri Pitoy di menit ke-20. Pemain asal Brazil berusia 18 tahun itu pun membawa keunggulan Munchen 1-0. Jans Schaldraf berhasil menggandakan keunggulan Munchen di menit ke-23 lewat sontekan lemah yang mengecoh Pitoy. Di menit ke-28 Bambang Pamungkas beradu head-to-head dengan Oliver Kahn, namun sayang tendangan kerasnya berhasil digagalkan kaki Oliver Kahn .. Akhirnya Schaldraf membuat gol kedua sekaligus mempertegas keunggulan Munchen 3-0 dengan gol yang dicetak menyambut umpan tendangan bebas yang secara cepat dilakukan melewati pemain bertahan Indonesia.
Beppe VS Mr.Kahn
Di babak kedua timnas Indonesia mencoba mengambil inisiatif menyerang. Namun kuatnya pertahanan Munchen mampu membendung gelombang serangan Bambang Pamungkas dkk. Dan akhirnya pada menit ke-62 sundulan kepala khas ala Bepe menyambut umpan silang Elie Aiboy dari sayap kanan penyerangan Indonesia mampu merobek gawang Munchen untuk memperkecil ketertinggalan menjadi 1-3. Namun kedudukan menjadi 4-1 lewat hattrick Jan Schlaudraff di menit ke-83 melanjutkan bola rebound hasil tendangan keras Tony Cruz dari luar kotak penalti dan dihalau Markus Horison yang turun di babak kedua menggantikan Jandri Pitoy. Akhirnya Tony Cruz membenamkan timnas dengan gol penutup di menit 87. Skor akhir 5-1 untuk kemenangan Bayern Munchen atas timnas Indonesia.
13 Vs Internazionale Milan (Italia)-2012
Spoilerfor Vs Internazionale (Italia):
Last but no the least untuk match yang terakhir, saya memilih partai Indonesia lawan Internazionale Milan yang baru beberapa bulan ini berlangsung, dimana selain inter ditahun ini Indonesia juga mendapat kunjungan dari tim lainya seperti LA Galaxy dengan David Beckhamnya yang membuat wanita sampai dengan syahrini salah tingkah , QPR tim yang sebagian besar sahamnya milik juragan Malaysia dan Valencia salah satu tim besar dari Spanyol tapi jelas Inter Milan memang lebih memiliki nilai dan prestasi dari tim-tim tersebut selain itu antusiasme penonton juga lebih besar dari pada saat kedatangan tiga tim tadi, dimana yang salah satunya diwarnai dengan kejadian mati lampu di Gelora Utama Bung Tomo, Surabaya (match QPR).
Partai melawan Inter ini sendiri adalah Sebuah agenda tour match dari inter milan ke Indonesia. Dengan melakukan dua kali match melawan Indonesia selection, 24 Mei 2012 (entah mengapa lebih banyak pemain asingnya yang justru dapat kesempatan daripada pemain lokal ) dan Tim PSSI U-23, 26 Mei 2012. Dan Inter datang dengan membawa cukup banyak pemain seniornya yang dipadukan dengan pemain muda dari akademi mereka, dengan pemain seniornya seperti J.Zanetti, Cambiasso, Palombo, Pazzini, Militto, Maicon, Cordoba serta pemain muda masa depan mereka seperti Coutinho dan samuel Longo sukses menghibur penonton yang datang di SUGBK, yang memang didominasi oleh sebagian besar Interisti.
Diego Militto dikejar Nikita Willy eh Diego Michels
Dimatch yang pertama Inter Milan berhasil mengalahkan tim Indonesia selection yang banyak mengandalkan pemain-pemain asingnya dengan skor meyakinkan 0-3. Sedangkan di match ke 2, Timnas U-23 bisa lebih memberi perlawanan, meskipun harus kalah dengan skor 2-4, setidaknya Garuda muda bisa mencetak dua gol ke gawang Inter Milan yang dijaga Castelazzi melalui Patrick Wanggai dan Yoshua Pahabol. Sekaligus match ini menandai perpisahan salah satu legenda Inter Milan, Ivan Cordoba.
* Oh ya, dalam match ini seingat saya saat menyaksikan di TV, si Okto banyak sekali melakukan aksi drible mencoba mengelabuhi Maicon dengan aksinya, tapi selalu gagal melewati dan menghentikan Maicon. Dan salah satu adegan lucunya saat Okto mencoba menggunakan gaya Cristiano Ronaldonya dengan gocekan kiri kanan kiri kanan, berhasil dihentikan Maicon yang Cuma berdiri santai dengan menggunakan satu kaki saja. Pelajaran deh buat pemain Muda kita agar lebih tahu kapan saatnya membawa bola sendiri dan kapan saatnya untuk mengumpan.
Maicon VS Okto
Sang Macan Asia
Harapan semua warga Indonesia Semoga sang macan Asia bisa kembali bangkit, tepatnya sang Garuda bisa kembali terbang tinggi . Bayangkan saja disaat keadaan sepakbola kita terpecah belah, kita masih bisa mendapat kepercayaan dengan kunjungan tim-tim luar seperti Inter Milan, Valencia, QPR dan LA Galaxy ditahun ini, terlepas dari unsur ekonomi yang mereka bawa. Jadi jelas masih ada jalan bagi sepak bola kita untuk kembali bangkit.
Memang menjadi suatu polemik jika kita berbicara tentang timnas Indonesia dewasa ini yang terpecah menjadi dua paham golongan (sampai saat thread ini dibuat). Yang membuat kita sebagai suporter dan para pemain timnas sendiri bingung menentukan mana yang harus didukung dan dibela . Tapi sebuah turnamen atau kejuaraan tidak menunggu kita sampai benar-benar dua golongan ini bersatu. Salah satu kejuaraan sudah dekat, diawali dengan Piala AFF 2012 yang tinggal menghitung hari, mari kita bersatu mendukung Timnas kita atas nama TIMNAS INDONESIA bukan timnas PSSI atau sejenisnya. Karena Timnas Indonesia membawa Lambang negara, Garuda di dada mereka. Seperti pesan yang tarpatri di lambang garuda “Bhineka Tunggal Ika”, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua . Jangan sampai dunia sepakbola kita malah kalah dengan dunia perBoyband nan di negeri ini yang makin gencar membuka lapak..
Semoga Timnas meraih hasil positif di Piala AFF ini, yang dapat menjadikan awal pembuktian sepak bola negeri ini sekaligus menjadi penggerak untuk golongan-golongan yang mengatas namakan peduli dengan sepak bola Indonesia untuk bersatu menjalankan fungsi sesuai hakekatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar