Tanggal
10 Maret 1942 dengan resmi angkatan Perang Hindia Belanda dengen
pemerintah sipil-nya menyerah tanpa syarat kepada Bala tentara Kerajaan
Jepang dengan upacara sederhana di Balai Kota Bandung. Setelah upacara
Panglima Perang Hindia Belanda Letnan Jendral Ter poorten dan Gubernur
Jendral Tjarda Van Stakenborgh ditawan di Mansyuria sampai perang dunia
II selesai.
Begitu
instalasi militer Hindia Belanda dikuasai seluruhnya maka tentara
Jepang membangun jaringan Goa tambahan untuk kepentingan pertahanan di
Pakar, dimana letaknya tidak jauh dari Goa Belanda.
Konon pembangunan goa ini dilakukan oleh para tenaga kerja secara paksa
yang pada saat itu disebut “romusa” atau “nala karta”. Goa tambahan ini
yang terdapat di daerah perbukitan Pakar tepatnya berada dalam wilayah
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda mempunyai 4 pintu dan 2 saluran udara.
Dilihat dari lokasi dan
bentuknya Goa ini diperkirakan berkaitan dengan kegiatan dan fungsi
strategis kemiliteran. Lorong-lorong dan ruang-ruang yang terdapat pada
Goa ini dapat dipergunakan sebagai markas, maupun tempat penyimpanan
peralatan dan logistik. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, daerah
Pakar yang sekarang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dipergunakan untuk
ke-pentingan militer dan tertutup untuk masyarakat.
Goa tambahan yang dibangun pada masa
pendudukan Jepang dinamakan Goa Jepang. Goa Jepang saat ini dapat
dimasuki dengan aman dan dijadikan sebagai tempat wisata yang penuh
pesona karena alam sekitarnya yang sangat indah dan memiliki nilai
sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar