MEMANDANG bagian kecil dunia dari sudut
kota membuat saya memikirkan satu hal saja. “Tentang keresahan-keresahan
masa depan.” Bukan tentang masa depan cerah menjanjikan, tetapi tentang
tentang pemegang masa depan itulah.
Lihatlah, dari sudut sebuah tempat saya
melihat para pemudi bangga sekali jalan bersama teman-temannya di dalam
mall, memainkan ujung rambut yang lurus legam, memperlihatkan dengan
ceria lekak-lekuk tubuh mereka, melenggang dengan santai padahal kakinya
tanpa penutup hingga sebatas lutut atau lebih menyedihkan lagi. Asik
sekali hang out buang-buang waktu dengan teman-temannya, merasa dunia milik mereka
, lantas bebas melakukan apa saja. Huh, itu baru sebagian kecil,
bahkan belum sepersepuluh dari akumulasi seluruh pemudi yang ada di
negara kita. Di tempat lain, kalian akan sangat mungkin bahkan pasti
melihat hal yang sama. Hal yang sama terjadi pada pemudi kita.
Mengapa pemudi? Bukan pemuda? Karena,
alasan lelaki melakukan hal-hal melenceng, ujung-ujungnya adalah
karena wanita. Masya Allah, wanita itu yang akan mengemban amanah berat,
sahabat. Ia akan mendampingi lelaki menjadi pemimpin, ia pula yang akan
mempersiapkan anak-anaknya menjadi pengganti sekaligus penerus
kepemimpinan sang ayah. Hanya itu, namun dalam prakteknya, dua hal itu
amatlah luarbiasa untuk dilakukan. Kepemimpinan dalam hal kecil saja.
Memimpin rumah tangga misalnya. Jika kalian beranggapan memimpin sebuah
keluarga kecil adalah hal mudah, itu salah besar. Buktinya, tidak
sedikit kehidupan rumah tangga yang berakhir pada perceraian,
pertengkaran, KDRT dan ketidak semestian-semestian lainnya.
Lantas, bagaimana kabar pemimpin masa
depan kita, jika para wanita tidak menyadari akan tugas berat yang harus
dilakukannya nanti.
Ingatlah, “Di balik pria yang sukses ada
wanita luarbiasa”. Karena wanita adalah tempat kembali para pria dari
setumpuk pekerjaan dan kejenuhan dunia lainnya. Di sinilah peran wanita
menjadi penawar segala racun dunia. (Wanita dalam konteks ini bisa
diartikan ibu atau istri).
Saya rasa tulisan saya ini melampaui usia
yang saya miliki. Terlalu dewasa. Namun karena ini urusan penting,
sahabat. Menyangkut masa depan kita masing-masing, masa depan umat, masa
depan bangsa, masa depan Islam. Maka kita harus tetap memikirkan dan
menemukan formula terbaiknya. Agar kehidupan ini benar-benar sesuai
harapan-harapan para perindu kesejahteraan.
Alangkah kelirunya para orangtua yang
membiarkan anak gadisnya keluar suka-suka tanpa pengawasan. Membiarkan
anak gadisnya tak berkerudung—tidak semestinya busana. Sementara di
rumah memaki-maki para pelaku kriminalitas, koruptor, pencuri,
pemerkosa, penculik, dan pelaku-pelaku kejahatan lainnya. Padahal asal
muasal tindak kejahatan pasti ada pemicunya. Dan sayang sekali mereka
tidak menyadari, sikap membiarkan itulah yang menjadi salah satu
penyebabnya. Ini azas sebab-akibat. Jika ingin terhindar dari akibat A,
maka jangan lakukan tindakan B. Jika ingin anak gadisnya tumbuh menjadi
anak yang membanggakan, jangan biarkan ia keluar rumah tanpa hijab hati
dan raga. Hijab yang sebenar-benarnya hijab.
Miris benar, sahabat. Siapakah yang nanti
akan menjadi pemimpin kita masa mendatang? Apakah masih terlalu betah
dengan pemerintahan yang seolah status quo (bahkan) lebih parah dari
itu. Iya jawabannya (mungkin saja) jika masih ingin menikmati masa muda
suka-suka (sekehendak nafsu). Perkara ini dilihat dari kacamata kesopan
santunan, etika, atau toto kromo: Jauh! Sangat jauh.
Masih adakah orang baik yang akan
menjadi pemimpin kami, Ya Allah? Masih adakah pemuda pemudi berhati
lurus dari generasi kami yang akan menjadi pemimpin rendah hati, adil
dan mematuhi syari’atMu, Ya Allah? Dan kami sendiri Ya Allah, seolah
masih belum sanggup menjadi teladan. Lalu siapakah pendamping sang
pemimpin dan pemimpin yang seharusnya memimpin kami?
“Jika kalian ingin melihat kualitas suatu negeri, lihatlah wanitanya.”
Dan (tak sampai sepersepuluh) bukti itu
menunjukkan kenyataan sebenarnya. Sahabat, realita memprihatinkan ini
terjadi zaman sekarang. Sekarang…ingatlah sekarang! Masih ada beberapa
tahun lagi ketika saatnya datang untuk kita memimpin. Generasi muda kita
saat ini. Apakah dalam beberapa tahun sebelum masa itu generasi muda
kita akan menjadi lebih baik, ataukah lebih buruk? Kitalah penentunya.
Mari sama-sama berbenah.
Hana Izzatul Jannah*
*Satu dari 100 mimpi beberapa kawan seperjuangan : Menjadi pendamping sang pemimpin bangsa.
dan aku termasuk di dalamnya. Setidaknya, kami bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan agama. Walau sedikit, namun ada.